Selasa 30 Jan 2018 22:50 WIB

LGBT adalah Penyakit Mental dan Bisa Disembuhkan

LGBT disebabkan oleh multifaktor di antaranya keluarga dan akses pornografi.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Andi Nur Aminah
Ilustrasi Komunitas LGBT Uganda
Foto: EPA/DAI Kurokawa
Ilustrasi Komunitas LGBT Uganda

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Neuro psikolog dari Universitas Al-Azhar Indonesia, Ihshan Gumilar menegaskan lesbi, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) adalah penyakit mental. "LGBT adalah penyakit mental dan bukan disebabkan oleh faktor biologis atau bawaan lahir. Pasti ada kejadian (yang membuat seseorang menjadi LGBT, Red)," ujarnya saat Forum Koordinasi anggota Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan Pornografi (GTP3) bertema Pornografi dan LGBT,Kementerian PPPA, di Jakarta, Senin (30/1).

Ia menyontohkan memiliki mahasiswi yang ekonominya berkecukupan. Namun, sayangnya mahasiswi ini memiliki keluarga broken home yang tak pernah mendengarkannya. Kejadian itu menimpa mahasiswi tersebut saat ia duduk id kelas dua sekolah dasar (SD). Namun, perempuan itu akhirnya merasakan kasih sayang bukan dari keluarganya melainkan teman sekelas yang sesama perempuan.

Tak hanya itu, mahasiswinya juga melihat adegan pornografi dan belajar observasi. Akhirnya mahasiswi ini melakukan adegan pornografi dengan teman sekelasnya yang perempuan. "Itu membuat psikologis orang terstimulasi dan melakukannya bertahun-tahun," ujarnya.

Ia menegaskan, LGBT disebabkan oleh multifaktor. Di antaranya seperti keluarga dan mengakses pornografi. Jika otak seseorang terlalu sering mengakses pornografi utamanya hubungan seksual sesama jenis, dia mengatakan, maka otak bisa mengikutinya. Ini karena sifat otak yang fleksibel seperti plastik. Ini ditambah media sosial (medsos) yang menjadi pintu masuk utama anak terjangkit LGBT.