REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Syarikat Islam (SI) Hamdan Zoelva bersama jajaran pimpinan SI bertemu Kapolri Jendral Polisi Tito Karnavian untuk mengklarifikasi terkait pernyataan Kapolri di video yang menjadi viral soal ormas Islam selain NU dan Muhammadiyah. Sebagai salah satu ormas Islam tertua di Indonesia, SI memiliki hak untuk melakukan klarifikasu atau tabayun atas pernyataan Kapolri tersebut.
Dalam pertemuan tabayun Hamdan Zoelva dengan Tito Karnavian di rumah dinas Kapolri Jalan Pattimura no. 37, Jakarta Selatan, dijelaskan maksud dari pernyataan Kapolri tersebut. "Kami sudah meminta klarifikasi tentang hal itu dan meminta cerita yang cukup lengkap tentang apa yang sebenarnya terjadi," kata Hamdan kepada wartawan usai pertemuan SI dengan Kapolri, Rabu (31/1).
Diakui dia, awalnya Syarikat Islam protes keras dengan pidato itu. Dan itu, dia sampaikan, saat tabayun dengan Kapolri. "Kami sampaikan langsung pernyataan pak Kapolri itu tidak benar," ujarnya.
Tetapi setelah mendapatkan penjelasan dari Kapolri, Hamdan memahami tidak ada niatan dari Kapolri untuk mengenyampingkan adanya ormas ormas Islam yang lain. "Kapolri tidak ada niatan itu. Dan Kapolri, tidak menganggap ormas ormas yang selain NU dan Muhammadiyah itu ingin merontokkan negara. Sama sekali pak Kapolri tidak ada bermaksud seperti itu," tegas mantan Ketua Mahkamah Konstitusi ini.
Dikatakan Hamdan, pernyataan Kapolri dalam video yang terpotong itu disampaikan di pondok pesantren milik KH. Ma'ruf Amin. Dalam kesempatan itu Kapolri berpidato di acara internal NU pada Februari 2017 lalu. Dan sebenarnya pidato Kapolri itu berlangsung selama 26 menit.
Ia menyayangkan justru video yang terpotong itulah yang menjadi viral. Sedangkan bagian pidato Kapolri di video yang terpotong itu, disampaikan Tito ke Syarikat Islam, tidak sesuai dengan jiwa dan inti keseluruhan pidato tersebut.
Hamdan mengungkapkan, penjelasan Kapolri soal kelompok yang ingin merontokkan negara ini. Apa yang dimaksud Kapokri tersebut, ujar dia, adalah terkait pembicaraan di pidato awal. Yaitu kelompok-kelompok takfiri, yang sangat radikal.
"Jadi tidak dimaksudkan pada ormas ormas Islam lain. Kami percaya apa yang disampaikan pak Tito karena saksi hidupnya adalah Kiai Ma'ruf Amin. Dari tabayun ini, Serikat Islam lantas dapat memahami klarifikasi oleh Kapolri," jelas Hamdan.