REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Sekitar 80 persen nelayan di selatan Kabupaten Sukabumi memilih tidak melaut. Kondisi ini disebabkan faktor musim barat yang ditandai dengan kondisi cuaca yang kurang mendukung untuk mencari ikan di laut.
"Nelayan di awal tahun ini sebagian besar memang tidak melaut," ujar Kepala Bidang Perikanan Tangkap, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Sukabumi Ayom Budi Prabowo kepada Republika.co.id, Rabu (31/1).
Menurut Ayom, para nelayan memilih menyandarkan perahunya di dermaga. Mereka, kata dia, akan kembali melaut ketika musim angin barat telah berlalu.
Ayom menerangkan, bila ada nelayan yang tetap melaut maka DPK mengimbau untuk tetap waspada. Hal ini sesuai dengan imbauan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofikasi (BKMG). "Di mana misalnya ketika terjadi gerhana bulan total diperkirakan terjadi gelombang pasang maksimal pada Rabu malam."
Terlebih sebelumnya terjadi peristiwa gelombang pasang air laut menerjang Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi pada Senin (29/1) lalu. Dampaknya, sejumlah warung atau rumah warga yang ada di pinggiran pantai mengalami kerusakan.
Banyaknya nelayan yang tidak melaut, kata Ayom, berdampak pada turunnya hasil tangkapan ikan di selatan Sukabumi. Hal ini didasarkan pantauan di sejumlah tempat pelelangan ikan (TPI) di enam titik berbeda. Keenamnya yakni Cisolok, Cibangban, Ujunggenteng, Palabuhanratu, Ciwaru, dan Minajaya.
Sebenarnya, lanjut Ayom, hasil tangkapan ikan sempat meningkat pada saat musim kemarau lalu. Namun ketika memasuki musim penghujan yang disertai cuaca buruk maka hasil tangkapan berkurang kembali. "Harapannya satu bulan lagi musim paceklik segera berlalu dan para nelayan bisa mendapatkan ikan dengan maksimal," kata Ayom.
Sehingga, kata Ayom, tingkat pendapatan para nelayan akan kembali meningkat. Sebelumnya, sejumlah perahu nelayan Sukabumi rusak akibat diterjang gelombang pasang pada awal Desember 2017 lalu.
Kepala Seksi Pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) DKP Kabupaten Sukabumi Andi mengatakan, gelombang pasang yang menerjang Sukabumi beberapa waktu lalu menyebabkan banyak perahu nelayan yang rusak.
Andi menerangkan, kebanyakan perahu nelayan yang rusak tersebut adalah jenis congkreng atau perahu tradisional. Pada saat terjadi gelombang pasang, lanjut dia, perahu tersebut terhempas ombak dan mengalami kerusakan pada beberapa bagian. "Kondisi ini berdampak pada minimnya hasil tangkapan ikan. Selama ini hasil tangkapan ikan nelayan Sukabumi kebanyakan jenis layur, cakalang, dan tuna."