REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Masyarakat Bogor, baik wilayah kota maupun kabupaten diperkirakan akan sulit menyaksikan pemandangan super blue blood moon atau gerhana bulan pada Rabu (31/1) malam. Alasannya, Stasiun Klimatologi Dramaga, Bogor, memprediksi langit Bogor tertutup awan hingga 37 persen.
Kepala Stasiun Klimatologi Dramaga, Bogor, Boedi Suhardi, mengatakan, ada alasan lain masyarakat Bogor harus menelan kekecewaan nanti malam. Diperkirakan hujan untuk wilayah Bogor, ucapnya saat ditemui Republika.co.id di Hotel Salak Tower, Bogor, Kamis (31/1).
Terlepas dari kendala itu, Boedi menjelaskan, fenomena hari ini terbilang istimewa. Sebab, ukuran bulan tampak lebih besar dan berwarna merah atau biru, sehingga dinamakan super blue blood moon yang akrab disebu gerhana bulan.
Boedi menambahkan, fenomena ini bisa mempengaruhi beberapa hal termasuk kondisi cuaca, perilaku hewan serta tumbuhan. Selain itu, biasanya juga terjadi perubahan tingkat gravitasi bulan yang menyebabkan kondisi pasang surut air laut sepanjang terjadi gerhana.
Tapi, Boedi mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan jangan mengaitkan dengan hal mistis. Misalnya, bagaimana kondisi anak dalam kandungan ibu hamil. Gerhana bulan kali ini adalah fenomena alam biasa yang terjadi dalam jangka waktu tertentu, tuturnya.
Sementara itu, menurut Peramal Cuaca Stasiun Klimatologi Citeko, Ronald, pemandangan gerhana bulan paling ideal bisa ditemukan di Puncak Bogor. Sebenarnya bisa dilihat dari seluruh wilayah asal tidak tertutup awan, ucapnya.
Puncak gerhana bulan kali ini terjadi pada rentang sekira pukul 20.30 sampai 21.00 WIB. Namun, Ronald menambahkan, proses atau fase gerhana terjadi selama beberapa jam yakni sejak pukul 19.00 hingga 22.00 WIB.