Rabu 31 Jan 2018 18:09 WIB

Mendag Sebut Negosiasi Perdagangan Makin Sulit, Ada Apa?

Banyak negara mulai menerapkan kebijakan proteksionisme.

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Nur Aini
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita (tengah)
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita (tengah)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menargetkan untuk menyelesaikan 13 perjanjian dagang pada 2018 demi meningkatkan kinerja ekspor. Namun begitu, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengakui, negosiasi perdagangan kini makin sulit karena banyak negara mulai menerapkan kebijakan proteksionisme.

"Dengan berbagai dinamika perdagangan luar negeri, negosiasi menjadi semakin sulit dibandingkan tahun-tahun lalu karena proteksionisme," ujarnya, dalam konferensi pers di Hotel Borobudur, Rabu (31/1).

Kendati begitu, Enggartiasto memastikan timnya akan terus mengejar target penyelesaian sejumlah perjanjian dagang di tahun ini, baik dalam konteks bilateral, multilateral, maupun regional. Salah satu perjanjian dagang yang tengah dikejar adalah Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP).

Apabila RCEP berhasil ditandatangani, Mendag meyakini kinerja ekspor Indonesia akan meningkat pesat. Sebab, RCEP merupakan pakta perdagangan bebas yang terdiri atas 16 negara. Jika ditotal, jumlah penduduk dari 16 negara anggota tersebut hampir setengah dari populasi dunia.

"Kunci keberhasilan peningkatan ekspor itu pada saat kita sudah menandatangani perjanjian dagang. Kalau perjanjian dagang bisa kita kejar di 2018, hasilnya baru bisa dinikmati di 2019," kata Mendag.

Pada 2017 lalu, total nilai ekspor Indonesia tercatat mencapai 168,7 miliar dolar AS. Angka itu meningkat 19,8 persen secara tahun ke tahun (year on year). Angka ini jauh melebihi target pertumbuhan ekspor yang ditetapkan, yakni 5,6 persen.

Kendati ekspor naik signifikan, Mendag mengakui kinerja ekspor Indonesia masih lebih rendah dibanding negara tetangga seperti Vietnam, Malaysia dan Thailand. Menurutnya, perdagangan Indonesia tertinggal karena mereka sudah lebih dulu memiliki perjanjian dagang dengan negara-negara lain.

"Kita hampir 10 tahun tidak ada perjanjian dagang apa pun. Baru tahun lalu berhasil ditandatangani perjanjian dagang dengan Chile," ucap Mendag. Karena itu, pada 2018, pemerintah akan lebih memacu penyelesaian perjanjian dagang dengan sejumlah negara demi mendorong kinerja ekspor.

 

Baca juga: Tak Menghasilkan, Kantor Promosi Dagang akan Ditutup

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement