Rabu 31 Jan 2018 21:43 WIB

Masjid-Masjid di Padang Ramai di Malam Gerhana Bulan

Gubernur sumbar telah menerbitkan imbauan untuk shalat gerhana bulan berjamaah.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nur Aini
Masyarakat Kota Padang memenuhi Masjid Raya Sumatra Barat untuk melaksanakan shalat gerhana bulan, Rabu (31/1).
Foto: Sapto Andika Candra/REPUBLIKA
Masyarakat Kota Padang memenuhi Masjid Raya Sumatra Barat untuk melaksanakan shalat gerhana bulan, Rabu (31/1).

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Masyarakat Kota Padang, Sumatra Barat memenuhi masjid-masjid untuk melaksanakan shalat gerhana bulan pada Rabu (31/1) malam. Pemerintah Provinsi Sumatra Barat memang menerbitkan surat edaran bagi seluruh PNS, pegawai BUMD, dan masyarakat umum untuk mengisi momentum gerhana bulan dengan ibadah sunnah.

Berdasarkan pantauan Republika.co.id, masyarakat datang lebih awal untuk mengikuti ibadah sunnah sholat gerhana bulan. Masjid-masjid yang tersebar di Kota Padang seperti Masjid Raya Sumbar, Masjid Raya Nurul Iman, dan masjid lainnya sudah dipenuhi jamaah sejak ibadah shalat magrib. Di Masjid Raya Nurul Iman misalnya, muncul pedagang-pedagang dadakan seperti pasar malam.

Sementara itu, Gubernur Sumbar Irwan Prayitno (IP) dan Wakil Gubernur Nasrul Abit misalnya, memilih ikut shalat gerhana bulan berjamaah di Masjid Raya Sumatra Barat. Dalam sambutannya, IP mengingatkan masyarakat bahwa fenomena alam gerhana bulan menjadi mengingat manusia atas kebesaran Allah SWT. IP mengapresiasi minat masyarakat Kota Padang yang mengisi malam gerhana bulan dengan beribadah secara berjamaah.

"Karenanya kita diminta Nabi untuk bertafakur dengan salah satu sunnah yakni shalat gerhana," ujar IP, Rabu (31/1).

Meski begitu, IP menyayangkan bila ada masyarakat yang masih mewarnai fenomena gerhana bulan dengan aktivitas mistik dan mengarah kepada syirik. IP mengingatkan bahwa kegiatan mistik dan syirik sama sekali di luar ajaran Islam.

Tak hanya itu, IP juga mengaitkan peristiwa gerhana bulan dengan kebesaran Allah SWT dalam mengatur alam semesta. Salah satunya, fitrah manusia sebagai perempuan dan laki-laki. Pernyataan IP ini menyinggung isu LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) yang belakangan kembali muncul. IP mengingatkan, bahwa Allah SWT sudah menetapkan keberlangsungan alam semesta dengan sempurna.

"Kita juga harus evaluasi diri. Instropeksi diri semoga peristiwa alam ini mampu menjauhkan kita dari perilaku yang menyimpang dari garis alam, alias LGBT," kata IP.

Shalat gerhana bulan di Masjid Raya Sumbar diimami oleh H. Irsyad, S.IQ yang merupakan dosen STAIPIQ Sumbar dan khatib oleh Dr. H. Ikhwan Matondang, SH. M.Ag sebagai Wakil Rektor III UIN Imam Bonjol Padang.

Sebelumnya, Gubernur sumbar telah menerbitkan imbauan kepada seluruh pegawai di lingkungan Pemprov hingga Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) di Sumbar untuk mengikuti shalat gerhana bulan berjamaah pada Rabu (31/1) mendatang. Imbauan ini dituangkan dalam Surat Edaran nomor: 451/35/BMK-2018 tentang Imbauan Sholat Gerhana Bulan Total.

IP mengundang seluruh pihak, termasuk masyarakat umum untuk mengikuti sholat gerhana bulan pada Rabu (31/1) pukul 20.00 WIB atau sesudah ibadah Isya di Masjid Raya Sumatra Barat Kota Padang.

"Diharap kepada Saudara untuk dapat mengikuti pelaksanaan shalat dimaksud dengan mengerahkan seluruh karyawan pada SKPD dan institusi yang Saudara pimpin," begitu isi imbauan yang diterbitkan IP.

Surat edaran tersebut ditujukan kepada Sekretaris Daerah Sumbar, para staf ahli gubernur, asisten I, II, dan III, Sekretaris DPRD Provinsi, para kepala badan serta dinas kantor di lingkungan Pemprov, Dirut Bank Nagari, BUMD, dan instansi vertikal di bawah Pemprov Sumbar.

Masyarakat Sumatra Barat memang bisa menyaksikan fenomena gerhana bulan total pada Rabu (31/1) nanti. Kepala Stasiun BMKG Padang Panjang Rahmat Triyono mengungkapkan, fenomena gerhana bulan akhir bulan ini berbarengan dengan posisi bulan yang lebih dekat dengan bumi, dibanding biasanya.

Jarak bulan dan bumi nanti diprediksi sejauh 360 ribu kilometer atau biasa disebut posisi perigee. Posisi ini berlawanan dengan apogee, yakni jarak terjauh antara bulan dan bumi sekitar 400 ribu kilometer.

"Puncak gerhana bulan total dapat dilihat mulai pukul 19.51 WIB dan puncaknya 20.27 WIB," ujar Rahmat.

Ia menjelaskan, gerhana bulan terjadi saat muka bulan tertutup oleh bayangan bumi. Kondisi ini terjadi saat bumi berada tepat di antara matahari dan bulan, dalam garus lurus yang sama. Artinya, cahaya matahari tak mampu mencapai permukan bulan akibat terhalangi oleh bumi.

Rahmat menambahkan, gerhana bulan bakal berakhir pada pukul 21.07 WIB. Masyarakat, lanjutnya, bisa menyaksikan fenomena alam ini dengan mata telanjang saat cuaca cerah. "Namun lebih baik menggunakan teropong untuk penampakan lebih jelas," ujarnya.

 

Baca juga: Warga Purwakarta Kecewa Bulan Tertutup Awan

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement