REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Sejumlah wilayah pesisir di Kota Semarang, Rabu malam (31/1), tergenang rob yang dipengaruhi fenomena "Super Blue Blood Moon" (Supermoon). Wilayah itu di antaranya Ujungsari, Kelurahan Bandarharjo, Semarang, persisnya di ujung Pos I Pelabuhan Tanjung Emas Semarang yang tergenang rob sekitar 20-30 sentimeter.
Siswo (65 tahun), penjual ayam dan bebek goreng di kawasan Ujungsari mengatakan rob datang sekitar pukul 19.00 WIB dengan ketinggian air yang begitu cepat meningkat. "Saya buka dagangan tadi pukul lima sore (17.00 WIB, red.). Sampai Maghrib tadi belum rob, tiba-tiba habis Isya airnya (rob) langsung naik tinggi," katanya.
Pedagang yang sudah puluhan tahun berjualan di kawasan itu terlihat mengemasi dagangan dan lapaknya di tengah genangan rob, dibantu sang istri. "Kebetulan, ayam sama bebeknya juga sudah habis. Ya, 'kukut' (tutup) sekalian. Ini robnya lumayan tinggi, katanya karena pengaruh gerhana bulan," katanya.
Selama ini, Siswo mengaku sudah terbiasa berhadapan dengan rob saat berdagang karena hampir setiap bulan, khususnya saat "tanggal muda" rob selalu datang. Fenomena "Supermoon" diprediksi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terjadi bertepatan dengan gerhana bulan pada 31 Januari 2018 yang akan terulang lebih dari 36 tahun untuk wilayah Indonesia.
Masyarakat juga bisa melihat "Supermoon" yang menunjukkan posisi matahari, bumi, dan bulan berada satu garis lurus yang secara umum terlihat di sebagian besar wilayah Indonesia. Seiring dengan fenomena "Supermoon", BMKG mengimbau masyarakat untuk mewaspadai tingginya pasang air laut maksimum mencapai 1,5 meter karena adanya gravitasi bulan dengan matahari.
Genangan rob juga terlihat di sekitar Kampung Tenggang, terutama yang bersebelahan persis dengan Sungai Tenggang dan akses masuk menuju Tambaklorok Semarang. Tokoh masyarakat Tambaklorok Semarang M. Rozikin mengatakan selama ini masyarakat sudah terbiasa menghadapi rob, bedanya kali ini dipengaruhi fenomena "Supermoon".
"Fenomena ini kan menyebabkan air laut naik. Saya sudah imbau nelayan untuk tidak memaksakan untuk melaut. Kalaupun terpaksa harus melaut, lengkapi alat keselamatan," katanya.
Sebab, ia tidak bisa melarang begitu saja nelayan untuk melaut karena mereka harus menghidupi keluarganya sehingga saat musim paceklik semestinya Pemerintah Kota Semarang memperhatikan nelayan. "Teman-teman nelayan kan punya keluarga, mereka harus memastikan dapur tetap 'ngebul'. Ya, kalau pas tidak bisa melaut, Pemkot Semarang harus membantu, misalnya sembako," katanya.
Mengenai rob, pembina kelompok-kelompok usaha bersama (KUB) nelayan itu mengatakan pemerintah sedang mengupayakan penanggulangan rob dan banjir dengan pembangunan Kampung Bahari Tambaklorok.
"Ya, kami berharap masyarakat mendukung pembangunan kampung bahari ini. Sebab, nanti hasilnya masyarakat yang akan merasakan, salah satunya terbebas dari rob," kata Rozikin.