REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aksi Cepat Tanggap (ACT) sudah mempersiapkan Kapal Kemanusiaan yang akan membawa 100 ton beras dan bantuan pangan lainnya ke Asmat, Papua. Hal ini dilakukan oleh ACT sebagai bentuk respons atas masalah Kejadian Luas Biasa (KLB) campak dan gizi buruk di wilayah tersebut.
"Masalah gizi buruk dan campak ini tidak boleh dianggap sebagai masalah yang biasa. Soal tewasnya 70 balita di Asmat akibat gizi buruk ini sama masalahnya dengan yang kita saksikan di Afrika," ujar Presiden ACT Ahyuddin, di Kantor ACT, Menara 165, Jakarta Selatan, Kamis (1/2).
Masalah gizi buruk yang terjadi di Pulau Papua yang diklaim sebagai pulau terbesar di dunia dan memiliki Sumber Daya Alam (SDA) yang luar biasa, menurutnya, merupakan aib bagi negara dan bangsa. Soal pangan menjadi awal permasalahan kenapa gizi buruk ini bisa sampai terjadi.
Masalah di Asmat disebut bisa saja menjadi pintu untuk melihat lebih jauh akan masalah-masalah lain di Papua. Bisa jadi apa yang terjadi di Asmat juga terjadi di Papua bagian lainnya atau di wilayah lain di Indonesia.
Tragedi kemanusiaan yang terjadi di Asmat akan dibantu sebaik mungkin oleh ACT. Kapal kemanusiaan ACT mentargetkan akan membawa bantuan pangan ini ke distrik Agats, salah satu wilayah di Asmat.
"Tragedi kemanusiaan Papua akan kita bantu sebaik mungkin. Tahap awal tanggal 4 Februari akan kita layarkan kapal kemanusiaan ke Asmat, Papua. Kita berangkatkan dari Merauke karena bahan dibeli di sana," ujar Ahyuddin.
Bahan pangan yang dikirimkan oleh ACT tidak hanya berupa beras sebanyak 100 ton namun bahan lain yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk memperbaiki gizi mereka. Di antaranya bahan pangan tersebut adalah biskuit bayi, susu cair, air mineral, serta vitamin yang totalnya juga sebanyak 100 ton.
Pengiriman bahan pangan ini disesuaikan dengan rekomendasi dari tim ACT yang sudah berada di Asmat terlebih dahulu untuk melihat kondisi sebenarnya. Kapal tersebut juga akan membawa pakaian untuk warga Asmat baik bagi bayi maupun usia dewasa. Selain mengirimkan bahan pangan, ke depannya ACT juga akan mengirimkan bantuan tenaga medis untuk membantu menyelesaikan masalah gizi buruk dan campak ini.
Ahyuddin menyatakan sengaja membeli bahan pangan dari Merauke karena untuk mempercepat waktu pengiriman yang memakan waktu tiga sampai empat hari jika dibandingkan dari Makassar atau Jakarta. Selain itu, ternyata di wilayah Merauke adalah lumbung pangan masyarakat di wilayah timur dan beras yang ada di Bulog merupakan asli dari petani di Merauke.
Pengiriman Kapal Kemanusiaan ACT ini bekerja sama dengan Kapal milik Bulog yaitu Jasa Prima Logistik Bulog. Kapal ini mengangkut bahan pangan seperti yang disebut yaitu 100 ton beras dan 100 ton bahan pangan lainnya. Selain bantuan beras dan relawan, ACT juga berencana membuka dapur umum guna membantu masyarakat lepas dari masalah gizi buruk.