Kamis 01 Feb 2018 13:09 WIB

PLN Kekurangan Pasokan Batu Bara, Dirut: Jangan Dijual Semua

Harga batu bara juga diminta lebih murah untuk jaga tarif listrik.

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Nur Aini
Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara Sofyan Basir
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara Sofyan Basir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama Perusahaan Listrik Negara (PLN) Sofyan Basir meminta agar pemerintah bisa memenuhi kebutuhan batu bara yang menjadi bahan utama pembangkit listrik. PLN selama ini masih mengalami kekurangan pasokan. Minimnya batu bara dinilai bisa berdampak pada produktivitas PLN dalam menghasilkan listrik bagi masyarakat.

"Masalah batu bara kami mohon untuk dapat diberikan Domestic Market Obligation (DMO) dengan persentase yang pasti untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Jangan sampai kita punya batu bara dijual semua, kan nanti repot sekali buat kita buat Indonesia untuk PLN," ujar Sofyan di Istana Negara, Kamis (1/2).

Sofyan menuturkan, bahan baku PLN 60 persen adalah batu bara, ketika suplai batubara menurun maka produksi ikut turun. Selain suplai, Sofyan juga meminta agar ada keseimbangan harga batu bara. Dua faktor ini akan menjadi penentu utama produksi dan harga listrik yang harus dibayarkan masyarakat.

Menurut Sofyan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bahwa batu bara yang diproduksi oleh perusahaan di Indonesia adalah milik dalam negeri. Untuk itu, dia akan mendorong agar suplai batu bara stabil, dan harga jual kepada PLN pun diberikan dengan harga keekonomian yang baik agar harga listrik bisa dipertahankan. Harga yang stabil dibutuhkan industri yang berkaitan dengan peningkatan investasi ke depan.

Dia menjelaskan saat ini harga batu bara sudah mendekati 100 dolar AS per metrik ton. Harga ini naik dari sebelumnya sekitar 60 dolar AS per metrik ton. PLN untuk melakukan produksi hanya membutuhkan sekitar 80-90 juta ton, sedangkan produksi dalam negeri mencapa 470 juta ton. Maka PLN hanya membutuhkan sekitar 25 persen dari jumlah produksi tersebut. Menurutnya, hal ini seharusnya tidak mengganggu perdagangan produsen batubara untuk diekspor, pengusaha tetap untung besar.

Dengan kenaikan harga batu bara tersebut, Sofyan menyebut bahwa harga tarif dasar listrik (TDL) tetap akan dipertahankan. Caranya dengan menjaga suplai batu bara dan harganya. "Mudah-mudaan nggak naik. Ini kan lagi naik, minta diturunkan kembali seperti awal kemarin," ujar Sofyan.

Namun, Sofyan mewanti-wanti jika produksi listrik dibebani suplai dan harga batu bara yang terlampu tinggi maka harga TDL bisa kembali naik. Walaupun selama ini PLN mencoba menahan kenaikan tersebut dengan mengurangi keuntungan yang dipersiapkan sebagai dana operasional.

"Kalau keuntungan PLN diambil terus sampai habis, elektrifikasi kan nggak bisa jalan," papar Sofyan.

Dia menjelaskan, PLN tengah mengejar elektrifikasi hingga 97 pada 2019. Hingga saat ini elektrifikasi tersebut baru mencapai 93 persen. Pada 2018-2019 PLN bekerja sama dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan ada 1800 titik, khususnya di kawasan timur Indonesia. "Presiden (Joko Widodo) minta dilakukan lebih cepat elektrifikasi (Papua dan Maluku)," ujarnya.

Baca juga: Pertamina Pasok Gas Alam Cair ke Bangladesh dan Pakistan

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement