REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masalah gizi buruk dan campak di Asmat, Papua, merupakan permasalahan serius yang perlu ditangani secepatnya. Untuk mengurangi penderitaan masyarakat Asmat tersebut Aksi Cepat Tanggap (ACT) melakukan aksi emergency atau aksi darurat kemanusiaan selama tiga bulan di wilayah tersebut.
"ACT sejak 20 Januari sudah mengirimkan dokter dan perawat untuk melihat langsung kondisi di sana dan bertemu dengan pihak terkait. Dari yang kita dengar maka kita bermaksud membantu pemerintah untuk merehabilitasi Kejadian Luar Biasa (KLB) yang terjadi di sana," ujar Vice President of Humanity Network Department Insan Nurrohman di Menara 165, Jakarta Selatan, Kamis (1/2).
Dari hasil survei tim ACT dikatakan bahwa distrik atau wilayah yang saat ini sudah terjangkau untuk penanganan gizi buruk dan campak ini baru lima distrik dari 23 yang ada. Distrik-distrik tersebut juga dikelilingi oleh rawa-rawa yang transportasinya bergantung pada speedboat.
Hal ini disebut menjadi permasalahan lainnya untuk menjangkau wilayah lain di Asmat, Papua. KLB gizi buruk dan campak ini memang perlu diberi perhatian khusus karena tercatat dari 70 anak meninggal dan 140an anak lainnya ditemukan mengalami gizi buruk.
"Kita nanti dibantu dengan teman-teman medis. Pertama kita turunkan 50 orang dulu baru sisanya 50 lagi. Nanti kita lihat dalam tiga bulan ke depan bersama pemerintah langkah selanjutnya apa yang bisa dilakukan," lanjut Insan.
ACT berencana mengirimkan Kapal Kemanusiaan untuk Papua pada tanggal 4 Februari mendatang. Kapal tersebut membawa bantuan pangan yaitu 100 ton beras dan 100 ton bahan pangan lain seperti biskuit, susu, kue, dan air mineral.
Kapal kemanusiaan akan dikirimkan dari Merauke yang memakam waktu tiga sampai empat hari untuk bisa sampai di wilayah Agats, Asman. Beras yang dikirimkan merupakan kerjasama antara pemerintah setempat juga petani lokal di Merauke.
Tim medis dari ACT dikatakan akan melakukan pertemuan terlebih dahulu sebelum diterjunkan di lapangan. Menurut info yang didapat oleh ACT, bantuan medis sangat dibutuhkan di wilayah tersebut. Ada 200 kampung, 23 distrik, dan 13 kecamatan yang kekurangan paramedis.
"Semoga ini menjadi awal keseriusan kita dalam menangani masalah gizi buruk di Asmat. Gizi buruk berpengaruh pada anak-anak dan bisa berdampak pada masa depan mereka," lanjut Insan.
Penyakit seperti diare dan malaria juga sering terjadi di Papua. Edukasi juga dibutuhkan oleh masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan tentang gizi baik, sanitasi, serta pentingnya vaksinasi terlebih wilayah mereka yang kebanyakan ditutupi rawa-rawa.
Dalam jangka waktu tiga bulan awal ini akan dilakukan tindakan emergency dari ACT untuk menanggulangi masalah utama yaitu gizi buruk dan campak. Setelahnya akan dilihat apa yang bisa dilakukan untuk masa recoverynya. Masa recovery ini termasuk dalam masalah ekonomi dan sosial serta pendidikan.