REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri luar negeri dan menteri pertahanan Amerika Serikat pada Selasa (30/1) meminta semua pihak yang terlibat dalam perselisihan antara Qatar, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab bekerja untuk meredakan ketegangan.
Mereka mengatakan sebuah Dewan Kerja Sama Teluk yang bersatu memperkuat stabilitas regional. "Sangat penting semua pihak meminimalkan retorika, melatih pengekangan untuk menghindari eskalasi lebih lanjut dan bekerja untuk mewujudkan sebuah resolusi," kata Menlu Rex Tillerson pada penampilan bersama menteri luar negeri dan menteri pertahanan Amerika Serikat dan Qatar.
Uni Emirat Arab, bersama Arab Saudi, Bahrain dan Mesir, menghentikan hubungan perjalanan dan perdagangan dengan Qatar pada bulan Juni lalu, menuduh negata itu mendukung terorisme dan saingan berat mereka Iran. Doha membantah tuduhan tersebut dan mengatakan bahwa negara-negara tersebut bertujuan untuk membatasi kedaulatannya.
Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman al-Thani mengatakan bahwa pertemuan tersebut - yang pertama dalam apa yang direncanakan sebagai Dialog Strategis tahunan Amerika Serikat-Qatar - berlangsung "terlepas dari keadaan yang sulit" di mana "Qatar dan rakyatnya telah secara tidak sah dan tidak adil diblokade, "
Dia mengucapkan terima kasih kepada Kongres Amerika Serikat dan pemerintahan Trump karena mengambil apa yang dia katakan sebagai "posisi yang adil" dalam boikot perdagangan dan perjalanan. Sikap Presiden Donald Trump tentang krisis itu cukup rumit. Dia awalnya berkicau melalui akun Twitter-nya apa yang tampaknya dukungan untuk boikot, tapi pada September menawarkan diri untuk menengahi. Dalam sebuah seruan awal bulan ini, dia mengucapkan terima kasih kepada Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani atas upayanya untuk melawan terorisme.
Menteri Pertahanan Amerika Serikat James Mattis mengatakan pada Selasa penting bagi Dewan Kerja sama Teluk untuk mendapatkan kembali kohesi di antara para anggotanya, yang semuanya adalah mitra Amerika Serikat yaitu Bahrain, Oman, Kuwait, Qatar, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
"Sebuah Dewan Kerja sama Teluk yang bersatu memperkuat kepentingan kita di berbagai bidang, terutama mengenai upaya kontraterorisme, mengalahkan ISIS Daesh, dan melawan penyebaran pengaruh jahat Iran," kata Mattis, merujuk pada kelompok militan ISIS.
Qatar menjadi tuan rumah bagi pasukan Amerika Serikat dan internasional di pangkalan Al Udeid Air, yang merupakan lokasi Pusat Operasi Udara Gabungan. Pusat untuk mengkoordinasikan berbagai data dan informasi intelijen dari satelit, pesawat tak berawak, radar dan pesawat Amerika Serikat yang terbang di atas titik-titik panas di Timur Tengah dan membom posisi-posisi ISIS.
Pejabat Amerika Serikat dan Qatar menandatangani tiga nota kesepahaman mengenai kerja sama keamanan dan isu lainnya. Tillerson dan al-Thani juga menyambut kemajuan menuju penyelesaian perselisihan mengenai penerbangan sipil.
Qatar Airways telah menyetujui untuk mengumumkan laporan keuangan rinci, kata pemerintah Amerika Serikat pada Selasa, sebagai bagian dari tanggapan atas tuduhan maskapai Amerika Serikat bahwa maskapai tersebut telah disubsidi secara ilegal oleh pemerintahnya.