REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Pertumbuhan sektor manufaktur di Provinsi Sumatra Barat melambat sepanjang 2017 lalu, baik yang berukuran besar dan sedang atau industri kecil dan mikro. Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatra Barat merilis, pertumbuhan produksi industri manufaktur di Sumbar pada 2017 turun 0,54 persen (tumbuh -0,54 persen), sementara di level nasional mengalami pertumbuhan positif 4,74 persen.
Untuk produksi industri manufaktur mikro dan kecil, Sumbar mengalami pertumbuhan negatif sebesar -2,58 persen, sementara nasional mengalami pertumbuhan positif 4,74 persen. Penurunan industri manufaktur di Sumatra Barat disebabkan anjloknya produksi sejumlah komoditas unggulan.
Kepala BPS Sumbar Sukardi menyebutkan, negatifnya pertumbuhan produksi industri besar dan sedang pada 2017 disebabkan menurunnya produksi industri makanan sebesar -2,67 persen. Hal itu serta industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia sebesar 0,91 persen. Sementara di kuartal keempat 2017, industri karet serta barang dari karet dan plastik juga sempat merosot -17,88 persen. Padahal karet merupakan komoditas unggulan bagi Sumatra Barat.
Sementara untuk industri manufaktur mikro dan kecil, perlambatan sepanjang 2017 juga disumbangkan oleh anjloknya produksi sejumlah komoditas unggulan. Di kuartal keempat 2017 saja, industri pakaian jadi tumbuh -23,77 persen. Sementara industru kayu, barang dari kayu dan gabus serta barang anyaman dari bambu dan rotan juga merosot dengan angka pertumbuhan -16,57 persen. Industri furnitur dan tekstil juga tumbuh negatif, masing-masing -16,09 persen dan -15,51 persen.
Sukardi menilai, merosotnya produksi industri manufaktur merupakan pola musiman. Misalnya, industri makanan bakal menurun di awal tahun dan kembali naik di libur Puasa dan Lebaran. Pola ini terus berulang, dan memberikan kontribusi yang bervariasi setiap tahunnya terhadap ekonomi. Sukardi menampik bila penurunan produksi industri manufaktur disebabkan penurunan daya beli masyarakat. "Permintaan menurun bukan berarti daya beli menurun," kata Sukardi, Kamis (1/2).
Sumatra Barat memang menutup catatan pertumbuhan industri manufaktur di tahun 2017 dengan angka yang rendah. Sumbar masuk jajaran provinsi yang mengalami penurunan tertinggi untuk industri manufaktur besar dan sedang, bersama Aceh, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, dan Bali. Sedangkan untuk industri manufaktur mikro dan kecil, Sumbar kembali masuk jajaran provinsi dengan perlambatan tertinggi bersama Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan.