REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pimpinan Persaudaraan Alumni 212 menanggapi soal pernyataan dari Kapolri Jenderal Tito Karnavian dalam video yang beredar. Pernyataan sikap dari Dewan Pengurus Pusat Persaudaraan Alumni 212 itu ditandatangani Ketua Umum Ustaz Slamet Ma'arif dan Sekretaris Umum Ustaz Bernard Abdul Jabbar.
Dalam pernyataan sikap yang tertulis, Presidium Alumni 212 mengatakan pernyataan Kapolri tersebut sangat mengagetkan. Karena pernyataan itu dinilai tengah menyudutkan umat Islam non-NU dan non-Muhammadiyah. Karena Kapolri menganggap mereka malah merontokkan negara.
"Pernyataan yang ultra-diskriminatif, bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila dan berpotensi mengadu domba sesama anak bangsa," demikian pernyataan sikap Presidium Alumni 212 yang diterima Republika.co.id dari Humas Presidium Alumni 212, Novel Bamukmin, melalui pesan elektronik, Senin (1/2).
Menurut pimpinan PA 212, pernyataan Kapolri telah menghina, melecehkan dan memusuhi umat Islam selain dari NU dan Muhammadiyah, yang juga telah berjuang memerdekakan dan mempertahankan bangsa Indonesia. Karena Tito adalah Kapolri, mereka berpandangan tidak mustahil seluruh jajaran Polri di bawahnya, mengambil sikap mencurigai, memata-matai dan memusuhi orang Islam yang bukan NU dan Muhammadiyah.
Dalam pernyataan sikap mereka, Presidium Alumni 212 meminta kepada Presiden Joko Widodo untuk mencopot Kapolri Tito dari jabatannya. Mereka juga meminta agar Presiden Jokowi menertibkan para pembantunya yang telah terbukti meresahkan umat Islam Indonesia.
"Karena kami yakin masih ada perwira tinggi Polri yang betul-betul Pancasilais, faham sejarah bangsa sendiri, tidak membenci Islam serta bersahabat dengan umat Islam," jelasnya.
Selain itu, PA 212 meminta agar Kapolri Tito meminta maaf kepada umat Islam Indonesia. Terutama, kepada ormas-ormas Islam selain NU dan Muhammadiyah.
(Baca Juga: Ormas Islam dan Akhir Drama Potongan Pidato Kapolri)