Kamis 01 Feb 2018 17:50 WIB

Penggantian Nama Jalan Seharusnya Libatkan Sejarawan

Jalan AH Nasution seharusnya di tempat yang relevan

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Bilal Ramadhan
Jalan Mampang Prapatan Raya, Jakarta Selatan
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Jalan Mampang Prapatan Raya, Jakarta Selatan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada wacana perubahan nama Jalan Mampang Raya dan Jalan Warung Buncit menjadi Jalan A.H Nasution. Menurut Wali Kota Jakarta Selatan, Tri Kurniadi perubahan nama tersebut adalah permintaan dari Ikatan Keluarga Nasution (Ikanas).

Usulan tersebut menuai pro dan kontra. Sejumlah sejarawan mengungkapkan ketidaksetujuan mereka akan perubahan nama baik Mampang Raya atau Warung Buncit.

Salah satu sejarawan yang juga merupakan pendiri Komunitas Historia Indonesia (KHI), Asep Kambali mengungkapkan seharusnya nama Jalan Mampang Raya dan Jalan Warung Buncit tidak diganti begitu saja. Membutuhkan banyak pandangan terkait bagaimana sebaiknya perubahan nama itu terjadi.

"Jadi kelihatannya terburu-buru kalau langsung diganti. Lebih diteliti lagi, saya sepakat dengan JJ Rizal dan Bang Yahya Saputra. Kalau mau mengganti (jalan), melibatkan juga sejarawan, budayawan, dan kalangan Betawi karena secara sosial historis mereka punya ingatan emosional dan kita kan secara akademis tahu bahwa memang ada sejarah yang harus kita hargai," kata Asep, pada Republika.co.id, Kamis (1/2).

Asep mengatakan, perubahan nama bisa saja dilakukan tetapi seharusnya terjadi di tempat yang lebih berhubungan dengan Jenderal Besar A.H Nasution. "Saya kira memang di tempat yang relevan, yang artinya dia memiliki peran, memiliki ikatan emosional dengan jalan tersebut," kata Asep.

Terkait dengan sejarah nama Mampang Prapatan dan Warung Buncit, Asep menjelaskan memang belum ada sejarah yang mengkonfirmasi asal usul nama kedua tempat tersebut. Namun, beberapa versi penjelasan telah muncul terkait asal usul baik nama Mampang Prapatan dan Warung Buncit.

"Ada yang bilang buncit itu karena warung terakhir. Tapi dari buku Asal Usul Djakarta Tempo Doeloe itu memang warung itu milik orang Tionghoa namanya Buncit. Tapi ini masih perlu diteliti lagi, tapi secara sumber sejarah belum bisa dibuktikan jadi hanya nebak-nebak lah. Untuk Mampang sendiri juga sama dari kata terpampang, saya kira tidak pasti tapi kalau dari prapatannya jelas, karena ada perempatan di situ," kata Asep menjelaskan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement