REPUBLIKA.CO.ID, ULAN BATOR -- Manul yang juga dikenal dengan nama kucing Pallas termasuk ekspresif jika dibandingkan jenis lainnya. Saat dilihat sekilas, wajah kucing ini seperti sedang marah kepada siapapun yang memandangnya.
Kucing liar ini berhabitat di padang rumput dan stepa Asia Tengah. Manul kerap terlihat di Mongolia, Cina, Dataran Tinggi Tibet, pegunungan di Kyrgyzstan, Kazakhstan, juga beberapa tempat di Rusia.
Ukurannya tak jauh dari kucing domestik, dengan panjang tubuh antara 46-65 cm dan panjang ekor 21-31 cm. Beratnya hanya sekitar 2,5-4,5 kilogram, tapi kucing ini tampak lebih kekar daripada kucing rumahan karena bulunya yang lebat.
Nama Pallas didapatkan dari naturalis Jerman Peter Simon Pallas yang pertama kali mendeskripsikan spesies pada 1776. Sementara, nama ilmiahnya adalah Otocolobus manul, dengan tiga subspesies sesuai penyebaran habitatnya.
Makanan Manul adalah tikus, marmut muda, dan ayam hutan Chukar. Kucing liar ini menghabiskan hari di gua, celah batu, atau liang marmut untuk bersiap berburu, juga menggunakan vegetasi dan medan berbatu untuk berlindung.
Sayangnya, kucing unik ini menghadapi bahaya konservasi yang cukup serius. Pada 2002, Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) mengklasifikasikan Manul dalam kategori "hampir terancam" karena berbagai hal.
Manul memiliki sistem kekebalan tubuh yang kurang baik sehingga mudah terserang infeksi. Hewan ini juga kerap diburu untuk bulu, lemak, dan organnya. Meskipun, sejumlah negara telah melarang perburuan dan perdagangannya, dikutip dari laman Metro.