REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebelum memasuki bagian dalam Masjid Agung Sumenep, setiap pengunjung yang hendak melewati pintu masjid ini akan bisa melihat jam antik berukuran besar bermerek Junghans. Hadirnya jam ini secara tak langsung kian memperkuat usia masjid ini yang telah lanjut.
Memasuki bagian interior, begitu terasa. Maklum saja, di bagian ini berdiri tegak 13 tiang seukuran 1,5 tangan orang dewasa yang dilingkarkan. Konon, jumlah 13 tiang ini menyimpan makna, yang merujuk pada arti rukun shalat. Tiang besar ini juga bisa ditemukan pada bagian selasar masjid. Jumlahnya ada 20 pilar.

Bagian dalam Masjid Agung Sumenep, Madura, Jawa Timur. Sumber: Wikipedia
Pada bagian mihrab, terdapat hiasan pedang. Kabarnya, pedang tersebut berasal dari Irak. Mengutip informasi yang ada di laman Wikipedia, awalnya pedang tersebut terdapat dua buah, tetapi salah satunya sekarang ini telah hilang dan tidak pernah kembali.
Pengaruh Cina kembali menonjol pada bagian mihrab masjid. Ini tecermin dari pilihan warna yang mencolok. Paduan warna kuning emas, biru, dan putih memberikan kesan yang begitu 'ramai' pada bagian mihrab ini. Pada bagian ini, mihrab masjid memiliki bagian yang agak menjorok ke dalam. Ukurannya tak terlalu besar. Fungsinya sebagai tempat imam memimpin shalat.

Mihrab Masjid Agung Sumenep/Sumber: Simas Kemenag
Sementara itu, pada bagian langit-langitnya, tak banyak ornamen hias yang ditampilkan. Pada bagian ini terlihat juga dominasi kayu yang dijadikan penopang atap masjid. Walau terkesan sederhana, pesona interior masjid ini tidaklah menjadi hilang. Dengan segala kesederhanaan bentuk interiornya tersebut, Masjid Agung Sumenep ini telah menjadi kebanggaan bagi seluruh penduduk di Pulau Madura.
(Baca Lagi: Keunikan Arsitektur Masjid Agung Sumenep)