REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di awal masa perkembangan Islam, ada segelintir orang yang masih belum mau mengikuti petunjuk yang diberikan Rasulullah SAW. Salah satunya adalah seorang pria yang berasal dari kaum Quraisy bernama Abu Jahal.
Bukan hanya tak mau percaya dengan Islam, ia juga sangat membenci Rasulullah. Segala upaya untuk menghapuskan jejak penyebaran Islam telah dilakukannya. Berbagai dusta dan kebohongan disebarkan, tapi selalu berujung pada kegagalan.
Kegagalan tersebut bukannya membuat ia jera untuk menjahati Rasulullah, ia justru terus menghalangi penyebaran Islam. Justru, kegagalan yang selalu ditemuinya membuat rasa benci pada Islam dan Rasulullah semakin memuncak. Bahkan, ia berniat untuk membunuh Rasulullah.
Ketika itu, kaum Quraisy sedang berkumpul. Di dalam rapat pertemuan tersebut, Abu Jahal pun berujar. "Kalian semua, janganlah sekali-kali membiarkan Muhammad menyebarkan ajaran barunya dengan sesuka hatinya. Ia telah menghina agama nenek moyang kita. Dia mencela apa yang selama ini kita sembah. Aku berjanji kepada kamu sekalian bahwa besok aku akan membawa batu untuk kulemparkan ke kepala Muhammad ketika dia sujud. Selepas itu, terserah kepada kamu semua, mau menyerahkanku kepada keluarganya atau kamu membela aku dari ancaman kaum kerabatnya," ujarnya.
Niat untuk membunuh Rasulullah ini disambut sorak sorai kaum Quraisy. "Lanjutkan niatmu. Kami tidak akan sekali-kali menyerahkan engkau pada keluarga Muhammad," kata mereka.
Kaum Quraisy yang selama ini merasa resah karena ajaran yang dibawa Muhammad SAW ini merasa bangga salah satu kaumnya mau menghilangkan kesusahan mereka selama ini. Semangat dan dukungan pun diberikan mereka. Di antara mereka bahkan sudah merencanakan sebuah pesta besar jika rencana yang akan dilakukan Abu Jahal tersebut nantinya sudah berhasil terlaksana.
Dengan perasaan bangga karena terus dielu-elukan atas keberaniannya, keesokan paginya Abu Jahal pun pergi ke Ka'bah, tempat di mana setiap pagi Rasulullah sembahyang. Dengan langkah tegap layaknya seorang ksatria, Abu Jahal dengan sebuah batu besar di tangannya pun mulai mendekati Ka'bah. Di belakangnya berderet-deret rombongan yang berisikan kaum Quraisy yang tadi malam ikut rapat bersamanya.
Abu Jahal dengan sengaja menyuruh mereka ikut agar bisa menyaksikan langsung langkah heroik yang akan dilakukannya. Ia ingin mereka melihat batu yang berada di tangannya bisa tepat dilemparkan di kepada Muhammad, kemudian melenyapkan nyawa Rasulullah.
Selama perjalanan, Abu Jahal sudah membayangkan betapa suksesnya rencana yang akan dijalankannya nanti. Ia membayangkan setelah batu dilemparkan, ia akan menyaksikan kepala Muhammad pecah dan tak bergerak lagi. Senyum mengembang kala ia membayangkan rencana jahatnya tersebut, yang kemudian ia akan disambut oleh kaum Quraisy bak pahlawan yang telah berhasil membunuh musuh nomor satu mereka.
Akhirnya, Abu Jahal dan rombongan pun tiba di halaman Ka'bah. Ia pun melihat Rasulullah sudah berada di tempat tersebut sedang bersiap dan hendak menunaikan shalat subuh. Saat itu, Nabi Muhammad SAW tidak menyadari kedatangan Abu Jahal dan kawan-kawannya. Ia tak pernah menyangka apa yang hendak dilakukan Abu Jahal terhadapnya.
Ketika Rasulullah sudah mulai shalat, Abu Jahal pun perlahan-lahan mendekatinya. Langkahnya sangat pelan dan hati-hati agar tak diketahui Rasulullah. Dari kejauhan, kawan-kawannya memperhatikan dengan perasaan cemas bercampur gembira. Dalam hati mereka berkata, "Kali ini Muhammad akan benar-benar musnah."
Ketika tinggal satu langkah lagi Abu Jahal berada di dekat Rasulullah dan telah mengayunkan batu yang berada di pegangnya, tiba-tiba ia justru berjalan mundur. Batu yang tadi dipegangnya pun jatuh ke tanah dan mukanya terlihat pucat. Kawan-kawannya pun tercengang melihat kejadian tersebut dan saling berpandangan karena bingung tak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi.
Kaki Abu Jahal terasa kaku, seolah-olah terpaku ke bumi. Ia tak dapat melangkahkan kakinya meski hanya setapak. Melihat hal itu, kawan-kawannya kemudian menariknya perlahan-lahan agar tak diketahui Rasulullah.
Abu jahal masih tak percaya dengan apa yang terjadi. Badannya kaku, mukanya pucat, matanya melotot dan terbelalak, mulutnya melongo, dan tak bisa berkata-kata. Kawan-kawannya pun bertanya, "Apa sebenarnya yang terjadi padamu Abu Jahal? Mengapa engkau tak melemparkan batu itu ke kepala Muhammad ketika ia sedang sujud tadi?" Abu jahal tetap membisu. Ia masih kaget dan trauma dengan apa yang terjadi. Ia masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya tadi.
Setelah lama, akhirnya Abu Jahal sadar dari kondisi kakunya tadi. Ia pun akhirnya mengatakan apa yang ia lihat saat ia mau melemparkan batu pada Muhammad. "Ketika aku hendak melemparkan batunya, tiba-tiba muncul seekor unta raksasa di hadapanku, dan hendak menendang aku. Aku sangat terkejut karena belum pernah melihat unta sebesar itu. Sebab itulah aku mundur. Karena, jika aku melangkah maju pasti aku ditendang unta tersebut dan mati," jelasnya.
Kawan-kawannya pun sangat kecewa melihat penjelasan tersebut. "Abu Jahal, kami memperhatikanmu dari jauh, dan tidak satupun dari kami yang melihat ada unta di depanmu, bahkan bayangannya pun tak ada," kata mereka.
Mereka pun kecewa dengan Abu Jahal. Selama ini, orang yang dianggap sebagai sosok yang gagah dan berani membunuh Muhammad ternyata hanyalah seorang pembohong. Mereka menyangsikan segala keterangan yang diutarakan Abu Jahal. Setelah kejadian ini, seluruh kaum Quraisy tak lagi percaya dengan Abu Jahal. Mereka kehilangan kepercayaan terhadapnya dan semua kata-kata Abu Jahal tak pernah diindahkan lagi.
Allah senantiasa melindungi Rasulullah dan semua umat Islam atas orang-orang kafir yang menjahati mereka. Balasan bagi orang kafir yang menjahati Islam, Allah SWT berfirman dalam Alquran surat al-Baqarah ayat 15, "Allah akan memperolok-olokkan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan."