REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ketua Presidium MP ICMI Muda Pusat, Ahmad Zakiyuddin mengutuk, keras peristiwa penganiyaan yang menimpa Sstaz HR Prawoto SE, Komandan Brigade PP Persis. Peristiwa tersebut sangat disesalkan lantaran baru dua pekan lalu kejadian serupa juga menimpa Pimpinan Pondok Pesantren Al-Hidayah, Santiong, Kecamatan Cicalengka, KH Emon Umar Basri.
"Umat Islam diharapkan melakukan konsolidasi secara penuh sehingga bisa menghindari faktor-faktor yang bisa memicu konflik sosial di masyarakat. Jangan sampai kejadian tersebut dimanfaatkan pihak-pihak tertentu untuk menimbulkan isu SARA berkepanjangan di masyarakat, jangan sampai memicu munculnya para pengadil jalanan," kata dia dalam rilis yang dikirim ke Republika.co.id, Jumat (2/2).
ICMI Muda, kata Zakiyudin, mengajak semua komponen umat dan bangsa termasuk yang ada di pemerintahan untuk membangun dan menjaga hubungan yang harmonis dan sinergis, dengan tidak terjebak dalam ketegangan rivalitas kepentingan politik. Ia mengingatkan seluruh jangan bersikap dan bertindak yang dapat menimbulkan disharmonisasi hubungan diantara masyarakat.
"Jangan sampai ada pihak-pihak yang mempertajam polarisasi kelompok, partai politik, dan elit-elit masyarakat yang akan memicu instabilitas warga negara dan pemerintahan," imbuh dia.
Karena itu, kata Zakiyudin, ICMI muda mendesak Polda Jawa Barat menuntaskan kasus Pembunuhan ustadz Prawoto SE secara transparan, jujur,cermat dan adil. Dia berharap, agar jangan sampai modus gila dan stress hanya jadi trik pelaku agar tidak dihukum dengan pura-pura mengalami gangguan jiwa, sehingga pelaku bebas dan membiarkan kasus tersebut berlalu begitu saja tanpa pembuktian yang jelas.
"Umat Islam agar meningkatkan kewaspadaan dan tidak terpancing oleh pihak-pihak yang ingin melakukan provokasi. MP ICMI Muda Pusat menginstruksikan kepada Majelis Pimpinan Wilayah, Daerah dan kampus se-Indonesia untuk membuka posko jaga ulama untuk mengantisipasi hal hal yang dikhawatirkan dikemudian hari bisa terjadi lagi upaya-upaya penganiayaan terhadap ulama," tutur dia. n djoko suceno