REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo berharap, Universitas Indonesia menjadi contoh bagi perguruan tinggi yang melakukan inovasi dalam berorganisasi. Agar dapat mencapai hal tersebut, dibutuhkan fasilitas di kampus untuk mendukung inovasi yang mendukung para mahasiswa dan dosen lintas fakultas dan ilmu.
"Saya yakin UI bisa melakukannya, menjadi contoh lahirnya inovasi-inovasi dalam berorganisasi, menjadi contoh dalam kurikulum dan metode yang melahirkan individu dan sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan kompetitif," kata Presiden Jokowi saat Dies Natalis ke-68 Universitas Indonesia di Depok, Jawa Barat, Jumat.
Dalam acara itu hadir juga sejumlah Menteri Kabinet Kerja yang merupakan alumni UI yaitu Menko Perekonomian Darmin Nasution, Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Agraria dan Tata Ruang Sofyan Djalil, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro serta Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko.
"UI dapat menjadi contoh dalam riset dan hilirisasi yang menyejahterakan rakyat dan memenangkan Indonesia dalam kompetisi dan persaingan global. Saya yakin UI mampu memerikan kontribusi besar bagi Indonesia maju yang kita cita-citakan," tegas Presiden yang disambut dengan tepuk tangan para mahasiswa dan dosen UI.
Namun untuk dapat melakukan hal tersebut, menurut Presiden, kurikulum perkuliahan dan agenda riset harus dibenahi untuk disesuaikan dengan teknologi dan kebutuhan baru. "Saya paham agenda perubahan selalu tidak mudah, tapi saya yakin UI bisa melakukannya. Inovasi adalah kunci, jangan terjebak rutinitas, ini saya ulang berkali-kali di mana-mana. Cara-cara baru harus dikembangkan, keinginan dosen dan mahasiswa untuk berinvotasi harus terus ditumbuhkan," tambah Presiden.
Agar dapat mencapai hal tersebut, dibutuhkan fasilitas di kampus untuk mendukung inovasi yang mendukung para mahasiswa dan dosen lintas fakultas dan ilmu untuk berkolaborasi dan berinovasi seperti tersedianya "coworking space" dan "creative hub" agar inovasi dan kreasi baru bisa dibiayai dan diapresiasi.
"Para inovator dijejaringkan dan produk reset dipublikasikan dan dihilirkan, artinya cara kerja perguran tinggi harus kreatif dan inovatif. Pendidikan harus dilakukan dengan cara-cara baru, inovasi-inovasi baru dan kreativitas-kreativitas baru," ungkap Presiden.
Presiden meyakini bahwa pendidikan tinggi adalah organisasi paling sempurna sebagai rujukan reformasi.
"Organisasi yang responsif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, organisasi yang fleksibel dan lentur dan lentur dalam menanggapi perubahan jaman. Saya yakin SDM pendidikan tinggi adalah SDM paling progresif paling terbuka terhadap perubahan, yang paling agresif mengembangan terobosan-terobosan dan antisipasif menatap masa depan," ujar Presiden.
Ia pun berharap, pendidikan tinggi khususnya UI dapat menjadi penopang ekosistem nasional dalam menanggapi revolusi industri 4.0. Revolusi industri 4.0, menurut Presiden, mengambil berbagai bentuk misalnya digitalisasi kekuatan komputasi dan analitik data yang melahirkan teknologi "cyber physical" di dalam "autonomus vehicle" atau kendaraan tanpa awak, "three D printing" yang bisa membuat bangunan dan senjata, "advanced robotic" yang bisa mengambil alih peran manusia bahkan bisa menjadi pemandu wisata.
Selanjutnya "internet of change", "big data", "artificial intelligence", "virtual reality", "block chain" hingga "crytpo currency" yaitu mata uang tanpa bank sentral yang saat ini sedang diperebutkan banyak orang.
Di bidang bioteknologi ada teknologi biologi sintetik dan edit DNA yaitu satu teknik pengurutan gen yang memungkinkan penyembuhan penyakit dengan cara baru yang lebih mendasar dan murah
"Perkembangan teknologi tersebut sangat memengaruhi lanskap ekonomi, sosial, budaya politik nasional dan internasional. Bisnis supermarket yang dulu sangat mapan sekarang tunggang langgang diterpa pasar 'online'. Biro perjalanan yang juga menurun drastis setelah muncul 'online ticketing'. Dunia pemerintahkan juga dipaksa bekerja cepat untuk kerja efisien, pekerjaan administrator dan akuntan juga diotomatisasikan," jelas Presiden.
Menurut Rektor UI Muhammad Anis, UI menduduki peringkat 277 pada 2017 berdasarkan QS World University Rankings atau naik dari peringkat 325 pada 2016. Begitu pula posisi UI di tingkat Asia adalah di posisi 54 pada 2017 dari posisi 67 pada 2016.
"Sebagai perguruan tinggi yang menyandang nama Indonesia, UI mempunyai kewajiban membahas, memberi solusi dan kebijakan serta aktif berpartisipasi dalam memecahkan masalah strategis bangsa Indonesia," kata Anis.