Jumat 02 Feb 2018 18:16 WIB

Cina Tawarkan Visa Khusus Warga Keturunan Cina

Menurut otoritas Cina, langkah ini dapat meningkatkan kinerja ekonomi negara.

Bendera Cina di luar gedung Parliament House (parlemen) di Canberra, Australia.
Foto: ABC
Bendera Cina di luar gedung Parliament House (parlemen) di Canberra, Australia.

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Cina sekarang mengizinkan warga negara asing berdarah Cina mengajukan visa yang berlaku lima tahun. Menurut pihak berwenang Cina, langkah ini akan dapat meningkatkan kinerja ekonomi negara tersebut.

Qu Yunhai, salah satu kepala biro dari Kementerian Keamanan Publik di Cina mengatakan kepada media perubahan tersebut dimaksudkan untuk menarik pekerja terampil ke Cina. "Aturan tersebut telah memainkan peran positif dalam melayani pembangunan sosial dan ekonomi Cinadan menarik bakat-bakat yang memiliki semangat inovatif dan kewirausahaan," katanya kepada CCTV.

Pengusaha yang tinggal di Beijing, Jemma Xu, Direktur Eksekutif sekaligus pendiri situs online perjalanan Tripalocal di Australia, mengatakan kebijakan visa tersebut akan sangat membantu bisnis seperti miliknya. "Visa lima tahun seperti ini sangat menguntungkan, dan mengurangi banyak kerepotan jika harus memperpanjang visa setiap tahunnya," katanya.

Sebelum kebijakan baru-baru ini, orang-orang dengan latar belakang Cina hanya mendapat visa satu tahun dengan maksimal tinggal di Cina tidak lebih dari tiga tahun. Lewat kebijakan baru, hal ini pun akan diperpanjang sampai lima tahun. "Saya tahu banyak bisnis, terutama start-up, ingin masuk atau mengeksplor pasar China, mereka seringkali harus banyak berpergian ke Cina dan setiap kali mengurus visa butuh waktu lama."

Semua warga negara asing berlatar belakang Cina akan dapat mendaftar, terlepas dari berapa banyak generasi. Tapi pemohon visa masih perlu membuktikan keturunan mereka kepada pihak berwenang dan bisa memberikan bukti dokumen. Dalam sensus 2016, 5,6 persen warga Australia mengidentifikasi diri mereka sebagai warga keturunan Cina.

'Pengakuan tanah air'

Warga Cina perantauan telah memiliki hubungan yang naik turun dengan otoritas Cina. Dari apa yang disebut "Era Migrasi Massal" diketahui lebih dari 50 juta orang Cina meninggalkan negara Cina di antara tahun 1850-1930, untuk mencari kehidupan yang lebih baik di luar negeri, seperti di Australia, Amerika, dan Kanada.

Para migran tersebut sering menghadapi kesulitan dan diskriminasi, akibatnya, pemerintah Dinasti Qing membuat sebuah undang-undang pada tahun 1909 yang memberikan hak setara kepada orang-orang Cina yang lahir di luar negeri.

photo
Lukisan karya Charles Lyall di tahun 1854 menunjukkan penambang China di Australia. Foto: State Library of Victoria

Hal ini menyebabkan lebih banyak perantau Cina kembali berhubungan dengan negaranya. Dan setelah Revolusi Republik di tahun 1911, mereka memainkan peranan besar dalam membangun kembali dan memodernisasi Cina. Hal ini berubah setelah 1949, dimana Partai Komunitas Cina mengambil alih kekuasaan.

"Banyak perantau Cina di negara Cina yang memiliki hubungan dengan luar negeri mulai dicurigai, kadang-kadang mengalami penganiayaan," ujar Dr Loy-Wilson, sejarawan dari Universitas Sydney.

"Istilah untuk orang Cina Rantau saat itu adalah 'li tong wai guo' atau 'musuh rakyat', atau 'mata-mata asing'."

Dari perspektif sejarah, Dr Loy-Wilson mengatakan visa baru tersebut menunjukkan perubahan radikal. "Ini adalah hal yang emosional, sebagai pengakuan atas tanah air, hubungan erat yang berlanjut ke tanah air, meski dalam beberapa generasi berada jauh dari Cina," katanya.

"Jika Anda memikirkan hubungan yang dimiliki Australia dengan Inggris, itu sangat mirip antara Cina dengan perantau Cina. Ini adalah hubungan yang sangat penting secara budaya."

'Visa merupakan langkah strategis'

Chongyi Feng dari University of Technology Sydney memahami perasaan bercampur lewat kebijakan visa baru tersebut. Tahun lalu, profesor dan aktivis demokrasi Cina pernah ditahan oleh pihak berwenang di kota Guangzhou, saat mencoba naik pesawat pulang ke Australia.

Foto seorang pria menghadap kamera dalam sebuah wawancara televisi
Dosen dari Sydney University of Technology, Dr Feng Chongyi mengatakan ada perasaan bercampur soal kebijakan visa baru ini.

Pihak berwenang menginterogasi dirinya selama 10 hari sebelum mengizinkannya meninggalkan Cina. "Tentu ini akan membuat kehidupan beberapa rekan saya lebih mudah untuk mendapat visa dan tinggal lebih lama di Cina, dan menghemat uang juga," kata Dr. Feng.

"Ini harus berlaku untuk semua orang asing, selain kelompok yang jadi sasaran, yang dapat bekerja sebagai perpanjangan dari strategi Front Persatuan Cina."

Departemen Front Persatuan Cina adalah sebuah organisasi di dalam Partai Komunis Cina (PKC) yang bekerja sama dengan kelompok-kelompok di luar partai. Dalam beberapa tahun terakhir mereka telah meningkatkan upayanya memperluas pengaruh partai tersebut di seluruh dunia, dan memiliki hubungan dengan organisasi masyarakat sipil, kelompok mahasiswa dan media berbahasa Cina di Australia.

Dr Feng mengatakan dia meragukan Cina perantauan dengan pandangan PKC sebagai pembangkang dapat mendapatkan visa tersebut. "Jika ini adalah kebijakan baru, harus diterapkan kepada semua bukan menargetkan orang-orang yang disebut patriotik, atau pemimpin komunitas yang berpartisipasi dalam pembangunan Cina."

"Jika Anda hanya melihat kenyamanan saat berbisnis atau berkunjung, saya rasa tidak perlu membuat perbedaan semacam ini."

Simak laporannya dalam bahasa Inggris di sini

 

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/berita/china-tawarkan-visa-baru/9390512
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement