REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Forum Pakar Asmat Prof Budi Santoso mengatakan, warga Asmat di Provinsi Papua perlu dididik menghadapi akulturasi perubahan budaya. Hal itu dibutuhkan agar mereka bisa bertahan.
"Yang jadi masalah adalah mereka menghadapi akulturasi perubahan kebudayaan yang amat pesat karena proses pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka," kata Budi Santoso sebelum rapat koordinasi Komunitas Adat Terpencil (KAT) di Kementerian Sosial di Jakarta, Jumat (2/2).
Profesor Budi mengatakan, Suku Asmat sudah beradaptasi dengan baik dengan kondisi lingkungannya. Mereka biasa makan sagu dan ikan maupun protein hewani yang ada di sekitarnya.
Namun, karena proses pembangunan yang mereka hadapi secara tiba-tiba harus mengubah pola makan dari biasanya makan sagu menjadi makan mi instan dan makanan kaleng lainnya yang tidak setiap hari bisa didapat.
"Bagi kami para antropolog, ini mereka harus dididik dari cara masak. Kalau masak nasi mereka masih pakai kaleng sarden atau lainnya. Justru ini yang menyebabkan kesehatan mereka rentan bukan karena kurang perhatian," tambah dia.
Faktor lainnya, karena mereka hidup dalam kelompok-kelompok kecil dan biasanya satu sama lain saling bermusuhan karena adanya ketakutan anak perempuan mereka dicuri kelompok lain. Maka fasilitas kesehatan dan juga sekolah juga dituntut untuk dipisah, akhirnya mereka enggan ke puskesmas dan sekolah. "Jadi sebetulnya lebih banyak masalah akulturasi dari pada teknis," tambah Budi.
Menurut dia, rencana relokasi Suku Asmat bukan merupakan jalan keluar. Salah satu yang bisa dilakukan mempermudah pembinaan karena yang mereka butuhkan rasa aman yang lebih penting supaya tidak saling mencuri.
Pemerintah mewacanakan relokasi terbatas untuk Suku Asmat yang selama ini hidup di rawa-rawa agar kehidupan mereka lebih baik setelah terjadi Kejadian Luar Biasa gizi buruk dan campak. Dari populasi KAT di Provinsi Papua sebanyak 44.332 KK yang tersebar di 24 Kabupaten, jumlah terbanyak ada di Kabupaten Asmat sebanyak 19.503 KK (44,39 persen).
Hingga akhir 2017 warga KAT yang sudah diberdayakan sejumlah 92 KK, sedang diberdayakan sebanyak 107 KK, dan belum diberdayakan sebanyak 19.304 KK.