REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto dijagokan masuk dalam bursa calon wakil presiden di Pilpres mendatang. Nama Airlangga muncul dalam survei yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA.
Dalam survei ini, LSI Denny JA membagi peluang cawapres dalam lima latar belakang. Yaitu latar belakang politik, militer, latar belakang Islam, partai politik, dan provinsi strategis.
Dalam kategori cawapres dari parpol, peneliti LSI Peneliti LSI Adjie Alfaraby mengatakan ada dua nama yang muncul. Yaitu Airlangga Hartarto dan Kepala BIN Budi Gunawanm, yang melambung dalam simbol PDIP.
Adjie mengatakan Airlangga Hartarto datang tak terduga. Sejarah, kata dia, yang membawanya menjadi ketum Golkar dalam “injury time,” dan momen menentukan. "Cawapres berlatar belakang partai hanya dimasukan PDIP dan Golkar, karena kedua partai ini punya kekuatan bargaining lebih besar di banding partai lain," kata Adjie.
Nama Airlangga tidak hanya muncul dari sisi cawapres dari parpol, namun Airlangga juga masuk dalam kategori cawapres dari kalangan profesional. Dari evaluasi publik terhadap kinerja kementerian, nama Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti dan Sri Mulyani, Menteri Keuangan memperoleh peringkat tertinggi.
Sebesar 25.3 persen menyatakan kinerja Susi Pudjiastuti paling memuaskan. Sebesar 20.5 persen menyatakan kinerja Sri Mulyani paling memuaskan.
Di posisi ketiga, meskipun agak jauh dari dua nama sebelumnya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto yang dinilai memuaskan, yaitu sebesar 11.5 persen.
"Memang evaluasi publik atas kementerian lebih banyak dipengaruhi oleh opini dan informasi terkait program atau personal menterinya di media," kata Adjie. Kepuasan publik terhadap Airlangga, lanjut dia, terbantu dengan public expose sebagai ketua Umum Golkar.