Rombongan barongan (ondel-ondel) menggunakan bajay menuju titik pusat keramaian di berbagai tempat di Jakarta, (FOTO : Iman Firmansyah)
Rombongan barongan (ondel-ondel) mengamen di sebuah pusat kuliner di Jakarta, (FOTO : Iman Firmansyah)
Anggota rombongan menghitung uang donasi yang berhasil dikumpulkan. (FOTO : Iman Firmansyah)
Tidak jarang anggota rombongan ondel-ondel bermalam di tepi jalan. Pilihan ini dilakukan biasanya untuk menghemat transportasi dan melanjutkan kegiatan mengamen di tempat yang sama. (FOTO : Iman Firmansyah)
Usai berkeliling rombongan pengamen ondel-ondel berbagi makanan di sudut kota Jakarta (FOTO : Iman Firmansyah)
Deretan ondel-ondel rombongan barongan (ondel-ondel) berjejer di tepi jalan. Pada masa silam ondel-ondel digunakan warga Betawi untuk mengusir bala dan wabah yang melanda kampung (FOTO : Iman Firmansyah)
inline
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap rombongan ondel-ondel turun ke jalan terdiri dari dua pemain ondel-ondel dan seorang pembawa ember donasi. Mereka rata-rata mulai berkeliling dari malam hingga dini hari bahkan kami kalau sabtu malam. Kadang mereka tidak pulang tidur di emperan menunggu pagi tiba dan kembali beraksi di car free day.
Keberadaan ondel-ondel mengamen seperti ini bukan tanpa masalah. Di era Gubernur Ahok sempat muncul wacana melarang penggunaan simbol budaya betawi ini sebagai alat mengamen. Dan mengembalikan marwah budaya Betawi ini ke tempatnya semula. Aturan yang memaksa kelompok ondel-ondel ini kucing-kucingan dengan aparat.
sumber : Republika
Advertisement