REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peristiwa penganiayaan terhadap dua ulama di Jawa Barat membetot perhatian publik. Terlebih peristiwa itu terjadi dalam waktu yang berdekatan. Hasil penyelidikan kepolisian mengungkap dua pelaku dalam dua kejadian tersebut adalah penderita gangguan kejiwaan.
(Baca: Pengamat Minta Bentuk Tim Independen Usut Kasus Penganiayaan Ulama)
Ketua Komite III DPD RI yang membidangi keagamaan Fahira Idris menyampaikan duka mendalam atas meninggalnya Ustaz Prawoto dan meminta polisi mengusut kedua kasus kriminal ini hingga tuntas. Ia meminta aparat keamanan menjaga kondusifitas Jawa Barat menjelang pilkada serentak pada 27 Juni 2018 mendatang.
Peristiwa-peristiwa penganiayaan yang menimpa ulama dan ustaz harus dipandang luas dan dari berbagai sudut pandang. Sehingga tidak mudah menyimpulkan kejadian-kejadian ini hanya peristiwa kriminal biasa.
"Peristiwa sekecil apapun menjelang pilkada serentak ini, apalagi yang berpotensi memancing kemarahan warga, patut dicurigai dan harus diusut tuntas," pungkas Fahira ketika dihubungi Republika.co.id, Jakarta, Sabtu (3/2).
Walaupun kedua orang penganiaya ini diduga sakit jiwa atau gila, lanjut Fahira, proses hukum harus tetap berjalan terlebih sudah jatuh korban nyawa. Pengadilan, berdasarkan fakta-fakta medis dan fakta lainnya di persidangan yang berhak memutuskan apakah para pelaku penganiayaan ini benar-benar sikat jiwa atau tidak.
"Kita patut waspada, namun tetap harus tenang dan segera memetakan persoalan serta mencari solusinya agar para ulama dan ustaz bisa beraktivitas dengan tenang," ujar Fahira.
Seperti diketahui, Komando Brigade PP Persis, Ustaz Prawoto meninggal dunia setelah sempat menjalani perawatan di rumah sakit akibat dianiaya seorang pria pada Kamis (2/1) pagi. Kabar itu telah diumumkan oleh Pimpinan Wilayah Persis Jabar dalam laman Facebook mereka.
Komentar
Gunakan Google Gunakan Facebook