REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Indonesia melahirkan hafiz-hafizah hasil di dikan pesantren, lembaga filantropi, dan ma drasah. Banyak negara berminat untuk menggunakan jasa mereka sebagai imam masjid ataupun dai.
Baru-baru ini, Kementerian Agama (Kemenag) telah meneken kerja sama dengan Lembaga Urusan Agama Islam dan Wakaf Uni Emirat Arab (UEA) terkait pengiriman imam masjid. Para dai nusantara ini akan dijadikan imam di masjid-masjid di Abu Dhabi.
Kesejahteraan para imam di UEA terjamin. Mereka akan me nerima gaji bersih setiap bulan Rp 23 juta. Pendapatan mereka akan bertambah jika mereka me miliki kemampuan berdakwah.
Dirjen Islam Kemenag Muhammadiyah Amin mengatakan, pengiriman imam ke luar negeri baru dilakukan tahun lalu dengan negara tujuan UEA. Kemenag mengirim 13 imam yang awalnya 14 orang—satu orang sakit se hingga tidak bisa diberangkat kan. Mereka akan berada di UEA hingga akhir 2018 nanti.
Ia menuturkan, UEA cukup puas dengan kinerja imam yang di kirim Kemenag. Mereka me min ta kembali dikirimkan tahun ini sebanyak 100 orang. Karena itu, Kemenag membuka seleksi secara terbuka di seluruh Indo nesia melalui kantor wilayah Ke menterian Agama masing-ma sing. Khusus seleksi kali ini terdapat kriteria tambahan bagi calon imam yang akan diberang katkan. Selain harus hafal Alqur an, mereka juga diwajibkan me nguasai bahasa Arab.
"Karena Pak Menteri ingin mereka tidak hanya menjadi im am, tapi juga pintar ceramah mem perkenalkan Indonesia dak wah moderasi Islam, rahmatan lil alamin," ujarnya kepada Republika.co.id, bekum lama ini.
Ia meyakini keberhasilan imam Indonesia di UEA akan juga dilirik oleh negara-negara lain. Duta Besar UEA, kata Mu hammadiyah, pernah mengata kan tentang ketertarikan negara lain mendatangkan hafiz dari Indonesia. Program pengiriman imam ke luar negeri, kata Mu ham madiyah, berdampak positif terhadap UEA dan imamnya. Hal tersebut dapat dilihat dengan permintaan kembali UEA agar dikirim imam dalam jumlah yang lebih banyak.