REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa menyesalkan meninggalnya seorang guru SMA Negeri 1 Torjun, Sampang, Madura, Jawa Timur, yang diduga karena dianiaya oleh siswanya sendiri. Khofifah pun mengingatkan pentingnya pendidikan karakter.
"Ini jadi catatan kelabu wajah pendidikan di Indonesia. Seharusnya hal seperti ini tidak perlu terjadi jika antara guru dan murid paham tatakrama yang harus dijaga," kata Khofifah di Jakarta, Sabtu (3/2).
Menurut Khofifah, apa yang terjadi di Sampang tersebut sudah di luar batas kewajaran. Terlebih hingga menyebabkan guru tersebut meninggal dunia. Peristiwa tersebut seakan menjadi bukti bahwa sekolah sebagai institusi pendidikan lebih banyak menjalankan fungsi "transfer of knowledge" semata. Sedangkan, "transfer of attitude" belum menjadi prioritas.
"Banyak orang tua menganggap jika anak sudah sekolah maka pendidikannya menjadi tanggung jawab sekolah. Padahal dalam hal pendidikan karakter itu menjadi tanggung jawab bersama sekolah, orangtua, dan masyarakat/lingkungan," imbuhnya.
Kasus tersebut berawal pada saat proses belajar mengajar Seni Rupa berlangsung di Kelas XI SMA Negeri 1 Torjun. Guru bernama Ahmad Budi Cahyanto menegur muridnya berinisial MH.
Namun sang murid tak terima dan keduanya terlibat cekcok. Saat keributan itu, MH disebut memukul dan mencekik leher Ahmad. Hasil diagnosa dokter di RS dr Soetomo menyebutkan yang bersangkutan mengalami mati batang otak dan semua organ dalam sudah tidak berfungsi.
"Secara pribadi saya sangat prihatin dan ikut berbelasungkawa. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan kelapangan dalam menerima cobaan ini," tambah Khofifah.
Terkait pelaku MH, Khofifah mengatakan karena yang bersangkutan masih berkategori anak maka sesuai Undang-undang Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA) maka pelaku harus mendapatkan proses terapi psikososial. Khofifah juga mengkritisi munculnya permainan bernama "Pukul Guru Anda".
Game yang masuk ke dalam kategori "flash" ini bisa diakses dengan mudah, baik dari peramban di perangkat laptop maupun perangkat telepon pintar (desktop mode). Game ini menampilkan latar ruang kelas beserta seorang siswa yang sedang menemui gurunya.
"Game tersebut sangat tidak bermanfaat dan merusak proses pendidikan lantaran mengajarkan kekerasan terhadap guru," imbuhnya.
Oleh karena itu, lanjut Khofifah, ia berharap Kementerian Komunikasi dan Informatika segera mengambil langkah tegas dengan memblokir situs penyedia game tersebut.