REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Arie Sudjito berpendapat, bakal calon wakil presiden dalam pemilu 2019 nanti sebaiknya bukan sosok yang penuh dengan kontroversi. Menurut dia, cawapres yang dibutuhkan yakni sosok yang dapat bekerja sama dengan Presiden dan juga memiliki kepentingan nasional.
"Cawapres yang bukan kontroversial supaya lebih mudah bekerja sama dengan Presiden," kata Arie saat dihubungi Republika, Ahad (4/2).
Bakal calon wapres pun, lanjutnya, bisa berasal dari kalangan mana saja asalkan dapat bekerja sama dan melengkapi tugas Presiden. Selain itu, menurut Arie, diperlukan figur yang lebih muda untuk menjadi calon wapres.
"Figur cawapres berbeda dibandingkan dulu, tentunya lebih muda, lebih berperan untuk merangkul," ujarnya.
Kendati demikian, ia enggan menyebut nama figur yang cocok untuk dijadikan sebagai bakal calon wapres. Terkait nama bakal cawapres yang telah diwacanakan baik oleh partai politik maupun lembaga survei, Arie mengatakan nama-nama yang diproyeksikan tersebut belum tentu mencerminkan realita politik pada 2019 nanti.
"Tren politik kita kan begitu. Karena 2018/2019 ya untuk ramai-ramai, untuk pemanasan saja. Tetapi apakah survei itu akan menjadi potret 2019, ya belum tentu juga," ucapnya.
Seperti diketahui, terdapat partai politik dan juga lembaga survei yang telah merilis tokoh-tokoh berpeluang untuk bakal capres dan cawapres 2019 nanti. Salah satunya yakni dari Partai Keadilan Sosial (PKS).