REPUBLIKA.CO.ID, MALE -- Presiden Republik Maladewa Yameen Abdulla Gayoom menyatakan bersedia mengadakan pemilihan umum di negara itu lebih awal. Pernyataan ini ia sampaikan sebagai jawaban atas tantangan terhadap sejumlah politisi, termasuk mantan presiden yang kini berada dalam pengasingan Mohammed Nasheed.
Gayoom akan mengakhiri masa jabatan sebagai presiden negara kepulauan Samudera Hindia itu pada November. Namun, ia mengatakan beberapa bulan sebelumnya pemilihan umum dapat diadakan.
Mahkamah Agung Maladewa juga mengeluarkan keputusan untuk membebaskan sejumlah politisi yang menantang Gayoom. Selain itu, mahkamah juga mengembalikan 12 anggota parlemen yang sebelumnya digulingkan karena beralih menjadi oposisi.
Meski demikian, pendaftaran parlemen Maladewa yang dijadwalkan pada 5 Februari besok diputuskan untuk ditunda. Ada kemungkinan pemerintah dengan sengaja melakukan hal itu karena kekhawatiran mereka untuk keluhan kursi suara mayoritas.
"Kami tengah memastikan apakah keputusan Mahkamah Agung dapat dihormati dengan baik dengan cara tidak menimbulkan masalah dan kesulitan bagi masyarakat," ujar anggota parlemen oposisi Ahmed Mahloof dilansir Washington Post, Ahad (4/2).
Gayoom sebelumnya melakukan pemecatan terhadap seorang kepala kepolisian nasional Maladewa sejak perintah Mahakamh Agung dikeluarkan. Ia menolak Ahmed Saudhee dan menunjuk Abdulla Nawaz yang telah menjadi wakil komisaris polisi nasional sebagai kepala kepolisian nasional sementara tanpa alasan yang disebutkan.