Senin 05 Feb 2018 06:00 WIB

Panjang Umur

Tidak semestinya kita menyia-nyiakan waktu kita untuk hal-hal yang sia-sia.

Jamaah calon haji tertua berusia 91 tahun, Tjajong bin Coing (kiri) tak menghalanginya  menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci. (Ilustrasi)
Foto: Antara/Olha Mulalinda
Jamaah calon haji tertua berusia 91 tahun, Tjajong bin Coing (kiri) tak menghalanginya menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  Oleh: Supriyadi

Jika hari ini kita masih bisa bernapas, wajib bagi kita untuk berucap syukur kepada Allah atas nikmat kehidupan ini. Sungguh, hidup dan mati ini hanya milik Allah.

Kehidupan adalah anugerah dan kematian tidak mampu kita prediksikan kedatangannya. Dengan demikian, jika kita sampai sekarang masih bernapas, ini adalah kesempatan bagi kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih baik lagi. Jika kita masih mampu menghirup udara, Allah masih memberi kesempatan.

Umur yang panjang adalah karunia dari Allah. Oleh karena itu, hendaklah kita tidak menyia-nyiakan karunia nikmat yang besar tersebut. Hendaklah kita manfaatkan umur tersebut dengan sebaik-baiknya; beramal saleh, giat beribadah, menebar maslahah bagi sekitar, dan aneka kebajikan lainnya.

Tidaklah kita menggunakan kesempatan hidup ini untuk menebar kebencian, menyakiti orang lain, malas beribadah, dan berbagai macam tindakan yang tak berguna lainnya. Sungguh, jika hari ini kita masih hidup, itu adalah kesempatan besar bagi kita. Waktu berlalu begitu cepat, padahal kita mengira umur kita panjang. Sementara, kita tidak mengetahui kapan tiba ajal kita dan ajal pun tiba tanpa memberi kabar yang bisa kita sadari.

Jika kita diberi kesempatan hidup hingga masa tua, raga kita tak lagi berdaya untuk melakukan berbagai hal positif dan bermanfaat. Jangan sampai yang ada hanyalah penyesalan di masa tua. Karena, orang yang dipanjangkan umurnya akan dikembalikan pada kesejatian manusia, yakni lemah.

Allah berfirman dalam surah Yasin ayat 68, "Dan barang siapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada kejadian-(nya). Maka apakah mereka tidak memikirkan?"

Dari dalil di atas, jelaslah bahwa ketika kita diberi umur panjang, maka kondisi fisik kita melemah. Sebagaimana penafsiran dari al-Thabari, bahwa dikembalikan pada kejadiannya itu mengandung makna dikembalikan pada kondisi sejatinya, seperti anak-anak (masih lemah secara fisik dan akal).

Oleh karena itu, tidak semestinya kita menyia-nyiakan waktu kita untuk hal-hal yang sia-sia. Selama hayat masih dikandung badan, maka selama itu pula kesempatan kita untuk menjadi pribadi yang bermanfaat dan menebar manfaat kebajikan.

Imam Al-Syafi'i dalam kitab Diwan-nya mengatakan:"Apakah engkau masih bisa menikmati hidup saat pipi mulai berkerut? Saat mulai bermunculan uban yang tidak lagi bisa ditutupi dengan pewarna. Berharganya umur seseorang adalah sebelum datangnya masa tua. Dan sungguh mendekati kematian seseorang yang telah sirna masa mudanya. Ketika kulit seseorang mulai menguning dan rambutnya mulai memutih, makanan yang paling enak pun bisa membuatnya tersedak."

Dalam potongan diwan yang digubah oleh Imam Al-Syafi'i di atas, gambaran masa tua sungguh memilukan meskipun terangkai dengan kata-kata dan diksi indah. Sejatinya, itu adalah peringatan bahwa masa tua, sebagaimana ayat 68 dari surah Yasin di atas adalah masa ketika fisik dan akal kita tidak lagi berfungsi seperti ketika masih muda. Sang Imam mengilustrasikan bahwa masa tua itu sekadar makan makanan pun bisa tersedak.

Oleh karena itu, sebelum memasuki masa tua, hendaklah kita tidak bosan untuk menebar manfaat. Karena, panjang umur akan menyiksa fisik dan akal kita dengan kelemahan, tapi jangan sampai itu membuat kita lalai kepada-Nya. Wallahua'lam.

sumber : Pusat Data Republika
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement