Senin 05 Feb 2018 17:36 WIB

Cuaca tak Menentu, Keberangkatan Relawan ke Asmat Tertunda

Para relawan ACT tertahan di Kabupaten Timika karena ombang tinggi.

Rep: Muhyiddin/ Red: Ratna Puspita
Bantuan berupa beras dari ACT sedang dalam proses pengiriman ke Asmat,Papua
Foto: Republika/Muhyiddin
Bantuan berupa beras dari ACT sedang dalam proses pengiriman ke Asmat,Papua

REPUBLIKA.CO.ID, PAPUA BARAT -- Cuaca tidak menentu membuat keberangkatan relawan Aksi Cepat Tanggap (ACT) ke Kabupaten Asmat, Papua, tertunda, Senin (5/2). Para relawan tersebut tertahan di Kabupaten Timika, Papua Barat, karena ombak tinggi membuat pemilik kapal tidak berani memberangkatkan kapalnya. 

"Katanya ombaknya sampai enam sampai delapan meter. Jadi kita berangkat besok lagi. Mudah-mudahan lancar besok," ujar salah satu relawan ACT, Shulhan Syamsur Rizal.

Shulhan menerima kabar itu dari salah satu pegawai negeri sipil Kementerian Perhubungan yang dinas di Marauke, Adit. Menurut dia, kapal yang berada di Pelabuhan Poumako tidak ada yang diperbolehkan keluar.

"Tadi ada info kalau kapal dari Timika belum ada yang boleh keluar. Cuaca buruk sekali, ketinggian ombak 6-8 meter," kata Adit melalui pesan WhatsApp kepada relawan ACT.

Rombongan relawan ACT bersama sejumlah wartawan mencapai Kabupaten Timika menggunakan pesawat terbang. Pesawat Garuda nomor penerbangan GA655 tiba di Bandara Moses Kilangin, Timika, Senin pukul 14.04 WIB. 

Pesawat ini sampai di Timika setelah menempuh perjalanan selama empat jam dari Bandara Mopah Merauke dan transit di Bandara Sentanu, Jayapura. Setelah turun dari pesawat, rombongan ini berniat untuk langsung menuju Pelabuhan Nasional di Poumako, Timika. Dari pelabuhan ini diharapkan ada kapal yang berani menerjang ganasnya laut Papua.

Rombongan dijemput oleh sopir bandara bernama Rafael bersama teman-temannya. Rafael sudah menunggu kedatangan kami di depan bandara. Setidaknya ada lima mobil yang disewa untuk menuju pelabuhan.

Para relawan sebelumnya sudah melakukan komunikasi dengan pemilik kapal untuk menyewa sebuah kapal bermuatan 20 orang lebih. Berdasarkan keterangan sopir, perjalanan menuju Pelabuhan Nasional Poumako membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam, sedangkan dari pelabuhan ke Asmat dapat ditempuh waktu kurang lebih tiga jam menggunakan kapal.

Para relawan sangat berharap segera tiba di Asmat untuk membantu masyarakat di sana. Namun, tidak sampai setengah perjalanan menuju pelabuhan, para relawan mendapat kabar bahwa cuaca di Papua lagi tak berhabat dan pemilik kapal tidak berani memberangkatkan kapalnya karena tinggi ombak mencapai delapan meter.

Kendati keberangkatannya tertunda, hal itu tak menyurutkan semangat para relawan. Bagaimana pun caranya relawan ini berkomitmen untuk bisa sampai di Asmat. 

Rencananya, para relawan ACT akan mencoba kembali berangkat pada Selasa (5/2) besok menggunakan pesawat menuju Bandara Ewer, Kabupaten Asmat. Sebab, pesawat hari ini sudah tidak ada jadwal lagi.

Sebelumnya, lembaga kemanusiaan ACT secara resmi telah memberangkatkan bantuan 100 ton beras ke Asmat, Papua melalui Pelabuhan Pintu Air Merauke, Sabtu (3/2). Namun, karena faktor cuaca, Kepala Seksi Lalu Lintas dan Angkutan Laut dan Kepelabuhanan (Lala) Merauke, Abdullah menyatakan bahwa bantuan tersebut baru bisa berangkat, Senin (5/1) hari ini.

"Kemarin bantuan yang 100 ton itu pakai kapal kayu. Hari ini baru berangkat, kendalanya karena cuaca," ucapnya saat dikonfirmasi Republika

Menurut Abdullah, kapal bantuan yang mengangkut 100 ton beras tersebut diperkirakan akan sampai di Asmat pada Kamis (8/3) mendatang. Ia mengatakan bahwa cuaca di Papua memang tidak menentu, apalagi di perairan Timika menuju ke Asmat.

"Kalau dari pelabuhan Merauke, tinggi ombak sekarang 50 sampai 1,5 meter. Tapi kalau di Timika iya bisa sampai delapan meter," katanya.

Kabupaten Asmat yang terletak di wilayah Indonesia Timur ini ramai diperbincangkan wabah campak dan gizi buruk. Data Posko Kesehatan Kejadian Luar Biasa (KLB) Asmat menyebutkan, sudah ada 72 anak dan balita meninggal dunia akibat gizi buruk dan campak. Data ini tercatat dari September 2017 hingga 3 Februari 2018.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement