REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pemerintah Iran, pada Senin (5/2), mendesak Turki agar menghentikan operasi militernya di Kota Afrin,Suriah. Menurut Iran, operasi tersebut jelas melanggar kedaulatan wilayah Suriah dan berpotensi meningkatkan ketegangan di wilayah rawan konflik.
"Turki harus menghentikan operasinya dan menghormati kedaulatan serta integrasi terotorial Suriah. Tindakan Turki dapat membawa kembali ketidakamanan, ketidakstabilanm terorisme ke Suriah," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Bahram Qasemi.
Ia mengatakan, solusi apapun terkait krisis di Suriah harus didiskusikan dalam pembicaraan di Ibu Kota Kazakhstan, Astana. Sebab pembicaraan di sana diinisiasi oleh Iran, Rusia, dan Turki sendiri. Qasemi pun mengungkapkan, saat ini Iran terus melakukan pembicaraan dengan Turki perihal perkembangan terakhir di Suriah.
Baca juga, Ini Jawaban Assat Atas Operasi Militer Turki di Afrin.
Pertengahan Januari lalu, Turki memulai operasi militer di wilayah Afrin, Suriah. Turki mengklaim operasi ini dilakukan untuk menumpas kelompok teroris dan milisi Kurdi yang mendiami wilayah tersebut.
Adapun kelompok Kurdi dimaksud antara lainPKK (Partai Pekerja Kurdistan), YPG (Unit Perlindungan Rakyat), KCK (PersatuanKomunitas Kurdistan), dan PYD (Partai Persatuan Demokratik Suriah).
Presiden Suriah Bashar al-Assad memprotes operasi militer Turki di Afrin. Menurutnya,operasi militer Turki di sana bertujuan untuk mendukung kelompok teroris.
"Agresi Turki di kota Afrin, Suriah, tidak dapat dipisahkan dari kebijakan yangditempuh rezim Turki sejak pecahnya krisis Suriah dan dibangun untuk mendukungterorisme serta berbagai kelompok teroris," ujar Assad akhir pekan lalu.