REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tengah fokus mempercepat penguatan pendidikan di daerah terdepan, tertinggal dan terdepan (3T). Percepatan dilakukan di berbagai aspek, mulai dari ketersediaan guru, infrastruktur dan sarana prasana pendidikan lainnya.
Plt Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud Hamid Muhammad mengatakan, untuk menutupi kekurangan guru di daerah 3T pada tahun 2017 lalu Kemendikbud mengirimkan sekitar enam ribu guru garis depan (GGD). Adapun untuk tahun 2018 ini, Kemendikbud berencana merekrut 18 ribu GGD.
"Terkait dengan kesejahteraan guru juga ini kan jadi sorotan. Maka setiap tahunnya kami gelontorkan 75 miliar untuk 15 ribu desa yang sangat terpencil. Dana tersebut ada dana yang sifatnya bantuan, karena daerah tersebut fiskalnya rendah," ungkap Hamid pada Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan 2018 di Depok, Selasa (6/2).
Hamid menjelaskan, untuk memecahkan persoalan-persoalan pendidikan di daerah 3T Kemendikbud telah bekerja sama dengan kementerian lain. Seperti Kementerian Desa, Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian lainnya.
"Seperti kata Presiden, kita harus keroyokan untuk membangun kawasan 3T itu," kata Hamid.
Selain itu, Hamid menekankan, pentingnya sinkronisasi kebijakan, anggaran dan lain-lain antara pemerintah pusat dan daerah harus dibangun dengan baik. Sehingga penguatan pendidikan di daerah 3T segera terealisasikan.