Selasa 06 Feb 2018 21:01 WIB

Sholawatan dan Wayangan Diyakini Bisa Jadi Pemersatu Bangsa

shalawatan dan seni pertunjukan wayang bukan sekadar tradisi dan kebudayaan semata.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Esthi Maharani
Calon Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf (Gus Ipul)
Foto: Republika/Fauziah Mursid
Calon Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf (Gus Ipul)

REPUBLIKA.CO.ID,  SURABAYA -- Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf menilai shalawatan dan seni pertunjukan wayang bukan sekadar tradisi dan kebudayaan semata. Tetapi, lebih jauh dari itu menurutnya Sholawatan dan wayangan bisa digunakan sebagai sarana pemersatu bangsa.

Itu tak lain karena menurutnya, pembangunan kebudayaan merupakan bagian tidak terpisahkan dari pembangunan manusia secara utuh. "Program-program budaya dan seni tradisi jadi pembangunan tak terpisahkan. Jiwanya dibangun raganya dibangun," kata Saifullah dalam siaran persnya, Selasa (6/2).

Pria yang akrab disapa Gus Ipul ini melanjutkan, pembangunan manusia harus berujung pada pembentukan akhlak yang mulia. Pembagunan yang mengabaikan pendidikan moral dan akhlak, menurutnya hanya akan menyebabkan rusaknya bangsa.

"Bapak Bangsa kita, Bung Karno dikenal sebagai tokoh yang sangat mengagumi dan menjaga nilai-nilai luhur yang biasa diajarkan lewat pewayangan. Bahkan saat beliau ditahan Belanda di Bandung, minta ke Belanda agar diperkenankan wayangan," ujar Gus Ipul.

Kecintaan Bung Karno akan seni tradisi, lanjut mantan Ketua Umum PP GP Ansor, dapat dilihat dari konsep Trisakti. Salah satunya, adalah berkepribadian dalam kebudayaan sehingga bangsa Indonesia  dapat tetap menjaga jati dirinya.

Wayang. harus terus dijaga keberadaannya dan dikembangkan. Sebab, kesenian ini dapat membantu menjaga persatuan dan kesatuan masyarakat, di tengah perkembangan teknologi dan zaman, kata Gus Ipul.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement