REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Edukasi tentang asupan nutrisi bergizi seimbang menjadi kebutuhan mutlak pascapencabutan status kejadian luar biasa (KLB) campak pada 5 Februari 2018. Hal ini diutarakan oleh Direktur RSUD Agats Riechard R. Mirino, Selasa (6/2).
Riechard memerinci, jumlah pasien rawat inap RSUD Agats pada 5 Februari pukul 05.00 WIT atau sebelum KLB dicabut sebanyak 20 anak. Rincian berdasarkan laporan harian terakhir satuan tugas kesehatan (Satgaskes) KLB Campak dan masalah gizi buruk Kabupaten Asmat, penderita campak sebanyak empat orang dan gizi buruk 16 orang.
"Pasien campak dan gizi buruk sekarang berkurang sampai 12 orang yang dirawat di sini. Ke depannya RS membuka pelayanan gizi buruk dan campak," jelas Riechard, Selasa.
Fokus RSUD Agats, menurutnya, kini menangani penyembuhan gizi buruk dengan komplikasi serta mendorong perubahan asupan nutrisi warga Asmat. Komplikasi yang kerap terjadi di antaranya dengan malaria dan pneumonia atau radang paru-paru.
Bagi yang telah sembuh, RSUD menyarankan para pasien kembali ke kampung dengan berkoordinasi melalui tenaga kesehatan di wilayah kerja puskesmas. Atau, melalui monitoring bidan dan perawat yang bertugas di puskesmas pembantu.
"Nama-nama pasien kami berikan dan mereka intervensi gizinya plus memberi bantuan kepada anak sakit berupa paket bahan makanan," urai Riechard.
Monitoring petugas dari pustu dan Puskesmas langsung, menurutnya, juga dilengkapi pemenuhan distribusi logistik susu dan bahan makanan bagi penderita balita gizi buruk. Jika habis akan distok langsung oleh bidan.
"Tim Flying Health Care (FHC) Kemenkes gelombang satu hingga tiga sangat membantu kami dengan memperkuat pelayanan di RS dan Puskesmas tersebut," papar Riechard.
Tenaga kesehatan yang tersedia di RSUD Agats saat ini ada dua dokter spesialis bedah dan satu orang spesialis dalam Wajib Kerja Dokter Spesialis (WKDS) yang tengah diproses. Riechard berharap ada tim yang berkeliling atau mobile ke Puskesmas dan tinggal di distrik. Sehingga, jika ditemukan pasien gizi buruk dalam kondisi parah dapat cepat dirujuk. Idealnya, di mata Riechard, FHC bertugas minimal sebulan untuk membantu pemulihan.
Hal-hal yang dapat diinternalisasikan kepada warga Asmat dengan penyesuaian untuk perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Di antaranya melalui kebiasaan cuci tangan serta memotong kuku sekaligus mengenal jenis makanan layak dan sehat.
"Kita harus terus menyadarkan mereka agar dapat melakukan PHBS dan perumahan bersih karena 80-90 persen anak-anak Asmat juga mengalami kecacingan," kata Riechard.