REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo mengakui bahwa pendidikan budi pekerti masih menjadi "pekerjaan rumah" (PR) yang besar di Tanah Air. Apalagi, adanya kasus penganiayaan hingga mengakibatkan kematian seorang guru oleh muridnya di Madura, Jawa Timur, beberapa hari silam.
"Akhir-akhir ini kita menyaksikan betapa pendidikan karakter, budi pekerti masih menjadi PR besar dalam proses pendidikan kita. Baru saja kita lihat meninggalnya guru SMA di Kabupaten Sampang bapak Ahmad Budi Cahyono, ini menjadi catatan besar kita, ada apa ini? Kenapa ini terjadi?" kata Presiden dalam Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RNPK) di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Pendidikan dan Kebudayan (Pusdiklat Kemendikbud), Sawangan, Jakarta, Selasa.
Pada Kamis (1/2), guru seni rupa SMAN 1 Torjun Sampang, Ahmad Budi Cahyono, menegur salah seorang siswanya, berinisial HI, yang sedang tidur di kelas ketika jam pelajaran. HI kemudian langsung bangkit dan memukulnya, Budi tidak melawan.
Seusai jam pelajaran, HI kembali melakukan pemukulan terhadap Budi. Sehingga, pada malam harinya Budi tidak sadarkan diri dan akhirnya meninggal dunia.
"Aksi 'bullying' antarpelajar di beberapa daerah termasuk di Jakarta yang juga banyak sekali terjadi, harus juga menjadi catatan kita,'' katanya. ''Tawuran antargeng sekolah di beberapa kota juga masih sering terjadi ini harus menjadi perhatian.''
Presiden mengakui bahwa para pelajar tidak boleh ketinggalan perkembangan ilmu dan teknologi. Tapi, ia memperingatkan agar perkembangan teknologi itu jangan sampai menghilangkan akar budaya Indonesia.
"Hati-hati agar jangan sampai kita malah kehilangan akar budaya kita dan justru anak-anak kita belajar lewat media sosial tentang hal-hal yang bukan budaya negara kita Indonesia," ungkap Presiden.
Kebudayaan harus dijadikan napas kelangsungan hidup bangsa dan menjadi darah kepribadian di dalam sistem pendidikan. "Ekspresi seni dan budaya Indonesia jangan sampai tergeser oleh budaya budaya asing yang belum tentu cocok dengan jati diri anak didik kita. Jati diri bangsa kita Indonesia,'' kata Presiden.