Rabu 07 Feb 2018 13:29 WIB

47 Titik di Jalur Kereta Api Jawa Barat Rawan Longsor

PT KAI melakukan antisipasi untuk mewaspadai bencana longsor saat perjalanan KA.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Nur Aini
Kondisi jalur kereta api jurusan Sukabumi-Bogor yang menggantung akibat pondasi longsor di Kampung Maseng, Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (6/2).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Kondisi jalur kereta api jurusan Sukabumi-Bogor yang menggantung akibat pondasi longsor di Kampung Maseng, Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (6/2).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daop II Bandung mewaspadai 47 titik rawan longsor di sepanjang jalur rel kereta api di Jawa Barat. Menurut Manajer Humas PT KAI Daop II Bandung Joni Martinus, berbagai antisipasi telah dilakukan mewaspadai terjadinya bencana saat perjalanan KA.

Joni mengatakan, di Jabar ada 47 titik rawan longsor yang membentang dari Purwakarta hingga Banjar. Kontur geografis Jabar yang berbukit, jurang, dataran tinggi, dan rendah menjadikan kawasan ini rawan terjadi pergerakan tanah atau banjir.

"Titik rawan itu berpotensi terjadi longsor, banjir, amblas, dan pergerakan tanah," ujar Joni pada peluncuran Program Jazzy di Stasiun Bandung, Selasa petang (6/2).

Menurut Joni, sejauh ini di wilayah Daop II masih aman. Jalur kereta api dari Bandung atau ke Cianjur juga aman. "Kami terus melakukan pemantauan pada cuaca ekstrem ini," katanya.

Namun, kata dia, dari puluhan titik rawan itu, beberapa kawasan yang menjadi pantauan ekstra Daop II Bandung adalah daerah Purwakarta antara Ciganea hingga Sukatani atau KM 110. Kemudian di kawasan Cirengas Cianjur dan Plered di Tasikmalaya.

Mengantisipasi hal-hal yang tidak dinginkan, seperti peristiwa longsor di Bogor, Daop II Bandung telah menyiapkan langkah antisipasi dengan membangun posko daerah rawan. Posko itu berisi para petugas yang berjaga selama 24 jam. Mereka melakukan pengawasan terhadap tanah rawan di sekitar jalur KA.

photo
Kondisi jalur kereta api jurusan Sukabumi-Bogor yang menggantung akibat pondasi longsor di Kampung Maseng, Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (6/2).

Semua petugas, kata dia, dilengkapi alat komunikasi yang bisa terhubung dengan stasiun atau kereta api bila terjadi bencana. Tak hanya itu, petugas juga dilengkapi alat pengukur pergerakan tanah untuk memantau pergerakan titik rawan.

"Kami juga menyiagakan regu terbang dari Purwakarta, Cimahi, Padalarang, hingga Bajar. Mereka akan sigap menghadapi bencana alam yang sewaktu-waktu bisa terjadi," kata Joni.

Sementara, menurut Corporate Deputy Director of Passenger Transport Marketing and Sales PT KAI, Mukti Jauhari, kendati terjadi peristiwa tanah longsor di jalur Sukabumi, tetapi perjalanan KA Bandung-Jakarta tidak terganggu. Bahkan, ia optimistis pertumbuhan penumpang pada tahun ini akan lebih baik.

"Tahun ini, kami menargetkan pertumbuhan penumpang hingga 10 persen dari total penumpang tahun lalu yang mencapai 77 juta orang," katanya.

Berbagai terobosan, kata dia, akan terus dilakukan untuk memudahkan penumpang kereta api. Salah satu program yang baru diluncurkan adalah KAI Access. KAI Access adalah aplikasi mobile yang akan memudahkan calon penumpang memesan tiket hingga mencetak boarding pass. Melalui program itu, penumpang tidak perlu repot mencetak tiket di stasiun. "Ke depan, kami pun akan mengembangkan layanan pesan makanan sebelum berangkat. Juga ada taksi untuk penumpang."

Mukti menargetkan, sebelum Lebaran, dua layanan itu bisa terealisasi. "Saat ini masih proses," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement