Rabu 07 Feb 2018 14:54 WIB

Kapal Pencari Pesawat MH370 Matikan Alat Pelacak

Ada yang berspekulasi kapal ini mengambil peti dari dasar laut.

Pelacakan kapal pencari Seabed Constructor menunjukkan kapal ini berhenti beberapa kali selama upaya pencarian pesawat MH370.
Foto: ABC
Pelacakan kapal pencari Seabed Constructor menunjukkan kapal ini berhenti beberapa kali selama upaya pencarian pesawat MH370.

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Teori konspirasi seputar pesawat Malaysia Airlines MH370 kini justru menyebar ke kapal pencari yang bertugas menemukannya.

Poin Utama

- Ocean Infinity menandatangani kesepakatan dengan Pemerintah Malaysia untuk mencari di areal 25 ribu Km bujur sangkar dalam 90 hari.

- Kapal pencari Seabed Constructor mematikan alatnya sehingga tak bisa dilacak secara online.

- Ada yang berspekulasi kapal ini mengambil peti dari dasar laut.

Selama hampir sepekan ini para penggemar penerbangan yang mengikuti isu MH370 memperdebatkan di media online apakah pesawat yang hilang tersebut sebenarnya telah ditemukan secara rahasia. Dan jika tidak, mengapa Sistem Identifikasi Otomatis (AIS) kapal pencari tiba-tiba dimatikan selama beberapa hari, sehingga tak bisa dilacak secara online.

Kapal bernama Seabed Constructor tiba-tiba "menghilang" dari website pelacakan tidak lama setelah menyelesaikan gerakan melingkar selebar beberapa kilometer. Hal ini mendorong banyak orang berspekulasi di Twitter, mempertanyakan apa yang ada di dasar laut dalam radius lingkaran tersebut.

Kapal tersebut kemudian bergerak ke barat daya dengan garis lurus, dan beberapa kilometer kemudian mematikan perangkat AIS-nya.

"Saya berpegang pada teoriku lingkaran besar itu adalah puing-puing, dan garis selatan adalah untuk menemukan pesawat. Ketika mereka mengira menemukannya, mereka mematikan protokol AIS," kata salah satu postingan.

"Ini aneh. Saya belum pernah melihat sebuah kapal melakukan ini, mungkin ada AUV yang hilang di sana?!?" kata yang lainnya.

Seabed Constructor telah menghabiskan dua minggu menjelajahi dasar laut di Samudera Hindia bagian selatan untuk menemukan badan pesawat atau puing-puing dari MH370.

Operatornya Ocean Infinity - perusahaan yang berbasis di Texas - telah menandatangani kesepakatan dengan Pemerintah Malaysia untuk mencari area seluas 25.000 kilometer persegi selama 90 hari, dan akan menerima bayaran antara $ 20 juta dan 70 juta dolar AS hanya jika menemukan pesawat hilang itu.

Spekulasi tentang peti

Keputusan untuk mematikan AIS mendorong sejumlah orang berspekulasi bahwa kapal ini telah memutar secara rahasia ke kapal karam di dekatnya untuk mengambil sebuah peti yang diketahui berada di dasar laut. Kapal karam tersebut ditemukan pada 2015 dalam pencarian MH370 yang dipimpin Australia, di perairan barat daya zona pencarian saat ini.

Kapal itu sendiri sudah hancur karena waktu, hanya menyisakan kerangka logam dan tumpukan puing dan baut. Tapi Paul Kennedy, chief executive Fugro - perusahaan yang pertama kali melakukan pencarian di bawah laut - menjelaskan pada 2016 bahwa sebuah peti besar adalah satu-satunya yang tersisa utuh.

"Ini peti besar, panjangnya sekitar tiga meter, mungkin selebar satu setengah meter, dan masih tertutup," katanya di Perth.

"Seluruh kapal telah rusak, tapi ada peti besar di kedalaman sekitar 4.000 meter," ujarnya.

Identitas kapal itu belum dikonfirmasi, jadi tidak mungkin mengetahui apa pun isi di dalam peti itu. Penggemar penerbangan John Zwicker memposting bahwa peti itu "mungkin sekotak kaos kaki tua".

Kennedy mengatakan, Museum Maritim Australia Barat tidak memiliki catatan tentang kapal yang sesuai dengan yang ada di dasar laut tersebut. Namun jangkar kapal itu "tidak lagi diproduksi" sekitar tahun 1820, yang berarti kapal tersebut bisa berusia hampir 200 tahun.

Yang lain menduga bahwa bisa jadi kapal pengangkut buatan Peru, S.V. Inca, yang hilang dalam perjalanan ke Australia pada tahun 1911. Namun, medsos Twitter dipenuhi spekulasi Ocean Infinity telah mengambil jalan memutar ke lokasi puing kapal, mungkin untuk mengambil peti dan mungkin segala isinya.

"Besok saya akan konfirmasi GPS milikku untuk #Constructor sampai ke bangkai kapal dan kembali. Saya sudah mengkonfirmasikannya dengan sumber saya. Sudah terjadi. Bukan masalah besar dari sudut pandang saya," kata Mike Chillit , yang telah lama mengikuti isu MH370.

Dia mempertanyakan apakah warga Australia memiliki hak untuk membagi barang apa pun yang diangkut dari dasar laut. Namun, yang lainnya skeptis, dengan batas waktu 90 hari, Ocean Infinity (OI) harus menemukan MH370 jika mereka ingin menerima bayaran apa pun.

 

"Saya tidak melihat perlunya OI melihat-lihat kapal karam saat ini. Mereka memiliki waktu 90 hari, ada 'pengamat' Malaysia di atas kapal dan satu sasaran: # MH370. Mereka dapat melihatnya setelah pencarian utama," kata penggemar penerbangan Juan Valcarcel.

Berlabuh di Australia Barat

Ocean Infinity telah berulang-ulang menolak permintaan media untuk wawancara, jadi mungkin tidak akan pernah mengungkapkan mengapa sistem AIS mereka dimatikan, atau apakah menggunakan tiga empat hari "diam" untuk mengunjungi kapal karam tersebut.

AIS dihidupkan hanya setelah Seabed Constructor sedang dalam perjalanan ke Fremantle di Australia Barat. Diperkirakan akan tiba di pelabuhan dalam 48 jam ke depan. Seorang juru bicara perusahaan tersebut mengatakan kepada ABC bahwa pemberhentian tersebut adalah "istirahat cepat kapal ini dan kemudian melanjutkan pencarian".

Pakar penerbangan mengatakan, bahkan dengan dimatikannya perangkat AIS, kapal tersebut masih terlihat di sistem radar laut, namun tidak dalam website aplikasi pelacakan.

Pemerintah Malaysia tadi malam mengatakan bahwa pencarian sejauh ini mencakup 7.500 dari 25.000 kilometer persegi area prioritas. Sejauh ini dua "poin kepentingan" (POI) telah diidentifikasi, namun "setelah penyelidikan lebih lanjut, POI ini diklasifikasikan sebagai geologis".

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini.

 

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/berita/kapal-pencari-pesawat-mh370-matikan-alat-pelacak/9404300
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement