REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Siapa tak kenal sosok Khadijah, perempuan agung istri pertama Rasulullah. Beliaulah ibu para mukminin hingga akhir zaman. Keteguhannya dalam agama tak perlu dipertanyakan. Kesetiaannya pada sang suami tak usah diragukan.
Ia menjadi wanita pertama yang memeluk Islam, mendukung suaminya. Bahkan, ia merelakan hartanya di jalan dakwah. Tak heran jika Khadijah merupakan salah satu wanita agung sepanjang sejarah.
Nama lengkapnya adalah Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai. Dia lahir di Makkah pada 556 Masehi, putri pasangan Khuwailid bin Asad dan Fatimah binti Za'idah, dari kabilah Bani Asad suku Quraisy. Ayah Khadijah dikenal sebagai seorang pemimpin yang populer di kalangan Quraisy.
Ia merupakan seorang pengusaha yang wafat dalam pertempuran Fujjar. Nasab Khadijah dari pihak ayah berhimpun pada nasab kakek Rasulullah yang keempat, yakni Qushai bin Kilab.
Hidup di tengah keluarga kaya, Khadijah dibesarkan dalam kemewahan. Azti Arlina dalam Belajar Bisnis Kepada Khadijah menyebutkan, Khadijah lahir dari keluarga bangsawan Quraisy.
Ia besar di kalangan keluarga yang memiliki pencarian hidup sebagai pedagang besar. Ia juga pernah mendapatkan warisan dari harta dua suaminya yang telah wafat. Tapi, semua kekayaan tersebut tidak membuat seorang Khadijah hanya duduk santai menikmati kekayaan.
Sebaliknya, Khadijah begitu ulet dalam berbisnis, sehingga namanya diperhitungkan pada zamannya sebagai pengusaha sukses. Suami pertama Khadijah, yakni Abu Halah Malak bin Nabash bin Zarrarah At-Tamimi.
Bersama sang suami, Khadijah mebuat bisnis yang besar. Sayangnya, sang suami meninggal dunia. Khadijah pun mendapat warisan yang besar. Dari pernikahan dengan Abu Halah, Khadijah dikaruniai dua anak, yaitu Hindun dan Halah. Keduannya merupakan sahabat Rasulullah. Hindun bahkan seorang rawi yang banyak meriwayatkan hadis Rasul.
Setelah menjanda beberapa lama, Khadijah kemudian menikah lagi dengan Atique bin Aith bin Abdullah Al-Makhzumi. Tapi, dalam mengarungi rumah tangga dengan suami keduanya Khadijah memiliki banyak ketidakcocokan hingga akhirnya bercerai.
Dari pernikahan kedua ini Khadijah sempat melahirkan seorang anak perempuan bernama Hindah. Dari putrinya ini, keturunan Khadijah menyebar di Madinah yang dikenal Bani Thahirah (keturunan wanita suci). Tapi, keturunan tersebut
terputus.