Rabu 07 Feb 2018 15:04 WIB

Makin Banyak Perempuan Australia Buang Organ Reproduksi

Mengangkat organ reporoduksi dilakukan untuk mengurangi kemungkinan terkena kanker.

Elaine Babos (kanan) memutuskan untuk membuang kedua payudaranya di usia 28 tahun karena tubuhnya memiliki gen mutasi yang bisa menyebabkan kanker.
Foto: ABC
Elaine Babos (kanan) memutuskan untuk membuang kedua payudaranya di usia 28 tahun karena tubuhnya memiliki gen mutasi yang bisa menyebabkan kanker.

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Semakin banyak perempuan Australia yang dalam keadaan sehat memutuskan membuang kandungannya guna mengurangi kemungkinan terkena kanker. Salah seorang diantaranya adalah Eloise Babos (28 tahun) yang tinggal di West Melbourne, Victoria.

Seperti dengan banyak perempuan lainnya, dia berharap di satu hari nanti memiliki anak. Namun karena kondisi genetik, dia memutuskan hal tersebut lebih cepat dari rencana awalnya.

Ibu dari Elaine Babos, Raina Babos pernah tiga kali didiagnosa memiliki kanker payudara. Ketika untuk ketiga kalinya terjadi, Raina Babos kemudian menjalani tes genetik dimana kemudian ditemukan dia memiliki mutasi gen BRCA1.

Mereka yang memiliki mutasi gen BRCA1 atau 2 mengalami peningkatan risiko kanker kandungan, payudara dan prostat. Tahun 2013, Elaine Babos dan saudara perempuannya menemukan mereka juga membawa mutasi tersebut.

Dia memutuskan menjalani mastektomi ganda dan kemudian ibunya meninggal karena kanker payudara pada Mei 2015. Masih menghadapi kemungkinan 60 persen terkena kanker kandungan, Elaine Babos telah memutuskan mengangkat kandungannya setelah dia dan pasangannya Anton memiliki anak.

Dokter telah mendorong pasangan muda tersebut memulai perawatan pembenihan IVF sesegera mungkin dengan menggunakan uji diagnosis genetik preimplantasi (PGD).

Raina Babos berjuang melawan kanker payudara tiga kali.
Raina Babos mengalami mutasi gen BRCA1 dan meninggal akibat kanker payudara pada Mei 2015.

Tes PGD mengambil sel dari embrio lima hari untuk mengujinya dengan variasi genetik sebelum mentransfernya kedalam kandungan. Tidak semua embrio membawa gen yang salah, sehingga embrio dengan mutasi dapat diidentifikasi dan memberikan kenyamanan pada orang tua sehingga mereka tidak akan menyebarkannya.

Elaine Babos, yang juga seorang duta komunitas untuk organisasi pendukung kanker payudara dan ovarium, Pink Hope, mengatakan dia ingin mengurangi risiko penyakit mematikan tersebut terhadap anak-anaknya.

Dia dan pasangannya berencana untuk memiliki dua anak yang berdekatan sehingga mereka dapat memiliki keluarga yang mereka inginkan pada usia awal 30-an sebelum risiko kanker semakin tinggi. "Saya tahu mereka bisa terpengaruh oleh banyak hal lain, tapi jika ini satu hal yang bisa kita kendalikan, maka kami akan melakukannya," kata Elaine Babos.

Rujukan operasi meningkat

Para dokter di Rumah Sakit The Royal Women's Hospital di Melbourne mengatakan bahwa meningkatnya kesadaran akan risiko mutasi genetik telah menyebabkan jumlah wanita sehat memiliki hubungan keluarga dengan penderita kanker memilih untuk mengangkat organ reproduksi mereka meningkat hingga lima kali lipat.

Direktur Onkologi Ginekologi, Orla McNally mengatakan dalam dua tahun keuangan terakhir, lebih dari 200 wanita telah dirujuk untuk mempertimbangkan operasi pengurangan risiko. Pakar kesuburan Kate Stern mengatakan pilihan untuk mengurangi risiko memberi "wanita dan keluarga mereka rasa lebih berkuasa" [menghadapi risiko kanker]. Tapi itu tidak datang tanpa masalah.

Kelemahannya adalah kehilangan, atau mengurangi, kesempatan perempuan untuk memiliki anak. Mengangkat kandungan juga menghentikan produksi hormon alami dan menyebabkan menopause dini.

Profesor Stern mengatakan bahwa kanker kandungan sulit diprediksi lebih awal dan satu-satunya cara untuk menjamin hasil positif adalah menjalani operasi pencegahan dan membuang organ-organnya.

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.

 

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/gaya-hidup-nad-kesehatan/makin-banyak-wanita-hilangkan-organ-reproduksi-/9404258
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement