REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Kejatuhan dalam mata uang virtual yang memukul hampir 500 miliar dolar AS dari nilai pasar selama sebulan terakhir bisa menjadi jauh lebih buruk. Menurut kepala riset investasi global Goldman Sachs Group Inc, Steve Strongin, sebagian besar mata uang virtual tidak mungkin bertahan dalam bentuknya saat ini.
"Investor harus mempersiapkan koin untuk kehilangan semua nilainya karena mereka digantikan oleh sejumlah pesaing masa depan," kata Strongin dilansir di Bloomberg, Rabu (7/2).
Meski tidak memperhitungkan kerangka waktu untuk kerugian pada koin yang ada, ia menilai bahwa volatilitas harga baru-baru ini mengindikasikan adanya bubble dan tendensi berbagai koin untuk bergerak tidak stabil. "Korelasi tinggi antara kripto yang berbeda membuat saya khawatir," kata Strongin.
"Karena kurangnya nilai intrinsik, mata uang yang tidak bertahan kemungkinan besar akan diperdagangkan ke titik nol," ujarnya menambahkan.
Koin digital saat ini kekurangan daya tahan jangka panjang karena waktu transaksi yang lambat, tantangan keamanan dan biaya perawatan yang tinggi, menurut Strongin.Dia mengatakan bahwa pengenalan Bitcoin berjangka yang diatur tidak membahas masalah tersebut dan dia menolak gagasan tentang keuntungan penggerak pertama.
Dia mencatat bahwa hanya sedikit yang lolos dari bubble Internet bertahan setelah akhir 1990an. "Apakah semua mata uang kripto yang ada sekarang ini akan menjadi Amazon atau Google, atau akankah mereka berakhir seperti banyak mesin pencari yang sekarang sudah tidak berfungsi? Hanya karena kita berada dalam bubble spekulatif tidak berarti harga saat ini tidak dapat meningkat untuk segelintir orang yang selamat, "kata Strongin.
"Pada saat yang sama, itu mungkin berarti bahwa kebanyakan, jika tidak semua, tidak akan pernah melihat puncaknya baru-baru ini lagi."
Strongin lebih optimis tentang teknologi blockchain yang mendasari mata uang digital, dengan mengatakan bahwa hal itu dapat membantu memperbaiki buku besar keuangan. Tapi bahkan di sana pun terdengar nada hati-hati, dengan alasan teknologi saat ini belum menawarkan kecepatan yang dibutuhkan untuk transaksi pasar.