REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Semarang memiliki sejarah panjang dalam penyebaran agama Islam di tanah Jawa. Wilayahnya yang berada di pesisir pantai menjadi pintu gerbang perdagangan dari zaman dahulu. Kelebihan ini menjadikan dakwah Islam semakin meluas.
Banyak bangunan bersejarah, terutama masjid tua yang menjadi saksi penyebaran agama Islam di kota lumpia ini. Masjid tersebut digunakan sebagai pusat ibadah dan dakwah. Nilai historisnya yang sangat tinggi menjadikan bangunan tersebut harus dirawat, dipelihara, dan digunakan sebaik-baiknya.
Hingga kini sejumlah masjid tua di Semarang tersebut tetap digunakan untuk kegiatan ibadah. Bentuk masjid pun memiliki ciri khas Jawa yang kental.
Masjid Agung Pekojan
Masjid ini terletak di Jalan Petolongan Semarang. Dari prasasti yang ada di dalamnya dapat diketahui masjid ini didirikan pada 1309 Hijriah atau 1878 masehi. Awalnya, bangunan tersebut merupakan mushola kecil. Namun, oleh sejumlah keturunan Pakistan kemudian dirombak menjadi sebuah masjid yang cukup besar.
Beberapa kali Masjid Agung Pekojan direnovasi. Yang terakhir dilakukan pada 1975 - 1980. Mimbar masjid terbuat dari kayu jati yang usianya diperkirakan sudah ratusan tahun. Sedangkan, di atas imam terdapat ukiran bintang dan bulan sabit yang merupakan ciri khas masjid zaman dahulu.
Di dalam kompleks masjid Agung ini terdapat sejumlah makam. Hingga kini makam-makam tersebut terawat dengan baik.n
Masjid Agung Kauman
Masjid ini berdiri megah di depan alun-alun Kota Semarang. Menurut sejarah, Masjid Agung Kauman dibangun pada 1170 Hijriah atau 1749 Masehi. Bagian masjid yang berdiri kokoh hingga saat ini adalah yang didirikan oleh Adipati Suradimanggala (Kiai Terboyo). Itu menggantikan masjid lama yang rusak akibat kebakaran pada 1741.
Arsitektur masjid tersebut biasa disebut dengan konsep tektonika. Ini seperti struktur tumpang pada bangunan Besar Kauman Semarang yang sering disebut dengan konsep tektonika. Sistem itu mirip dengan struktur tumpang pada bangunan tumpang berpenyangga berpilar lima pada bangunan-bangunan pra-Islam di tanah Jawa.
Namun, secara keseluruhan bangunan masjid ini mencirikan arsitektur tradisional Jawa. Dengan atap limas besusun tiga mempunyai arti filosofi iman, Islam, dan ikhsan. Bentuknya pun seperti bangunan Majapahit, disokong 36 pilar. N
Masjid Layur (Menara)
Masjid ini terletak di Jalan Layur Nomor 33, Kampung Melayu. Masjid tersebut didirikan pada 1802 oleh sejumlah saudagar dari Yaman. Masjid Layur juga terkenal dengan sebutan Masjid Menara Kampung Melayu.
Atap masjid ini berbentuk tajuk bersusun tiga dan tertutup genting. Itu berbeda dengan masjid pada zaman dahulu yang menggunakan sirap. Ukurannya kecil sehingga membuat masjid ini tampak, seperti mushola.
Hingga kini masjid tersebut masih kokoh, terawat, dan digunakan untuk keperluan ibadah sehari-hari. Hanya terdapat sedikit perubahan yang dilakukan oleh pihak Yayasan Masjid (selaku pengelola masjid), seperti penggantian atap ijuk menjadi atap genting, menaikkan pondasi lantai, dan penambahan ruang pengelola.