Kamis 08 Feb 2018 01:15 WIB

Pakar Dunia Bicarakan Alat Musik dari Dieng di Melbourne

Alat musik tradisional langka tersebut bernama bundengan.

Red: Ani Nursalikah
 Seorang pengangon bebek memainkan bundengan di Wonosobo, Jawa Tengah.
Foto: ABC/Rosie Cook
Seorang pengangon bebek memainkan bundengan di Wonosobo, Jawa Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Sebuah simposium internasional yang menghadirkan pakar musik dari Indonesia, Australia dan Amerika Serikat akan membicarakan sebuah alat musik tradisional langka asal Dataran Tinggi Dieng di Jawa Tengah.

Simposium ini akan diselenggarakan oleh Monash University di Melbourne, Kamis (8/2) dan akan membicarakan alat musik bernama bundengan, yang terbuat dari bambu dan juga berfungsi sebagai pelindung dari hujan dan panas oleh petani penggembala bebek di kawasan tersebut.

Prof Margaret Kartomi dari Sir Zelman Cowen School of Music Monash University yang menggelar acara tersebut mengatakan alat musik bundengan merupakan salah satu alat musik yang tidak banyak diketahui keberadaannya oleh masyarakat Indonesia. Namun sekarang di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, ada gerakan mempopulerkan alat musik tersebut.

Dalam perbincangannya dengan wartawan ABC, Selasa (6/2), Prof Margaret Kartomi menjelaskan simposium akan menghadirkan dan membahas bundengan, dari sisi sejarah, fungsi, dan aspek tata cara pembuatan alat tersebut. Selain berisi tinjauan keilmuwan, simposium yang diselenggarkan di kampus Monash University di Clayton juga akan menampilkan seniman asal Wonosobo yang akan mempertunjukkan bagaimana memainkan alat musik bundengan tersebut.