REPUBLIKA.CO.ID, ASMAT -- Pemerintah Kabupaten Asmat telah mencabut status Kejadian Luar Biasa (KLB) campak di Kabupaten Asmat, Papua, Selasa (6/2). Karena itu, Wakil Bupati Asmat, Thomas E Safanpo mengatakan bahwa KLB campak sudah selesai.
"Status KLB-nya yang dicabut, jadi dinyatakan selesai. Jadi jika ada temuan satu atau dua kita anggap kasus biasa bukan KLB," ujarnya saat ditanya Republika.co.id, Rabu (8/2).
Langkah selanjutnya, menurut dia, pemerintah dan berbagi pihak lainnya akan tetap melakukan pemantauan dan pendampingan ke distrik-distrik yang rawan penyakit agar KLB tidak terjadi lagi. Menurut dia, hal ini diperintahkan langsung oleh Panglima TNI, Marsekal Hadi Tjahjanto.
"Sekarang tim Satgas kita, dibantu TNI dan Polri ditambah Dinkes dan Pemerintah Daerah melakukan pemantau selama 270 hari kerja sepanjang tahun 2018 sesuai perintah panglima TNI," ucapnya.
Ia pun memgapresiasi langkah cepat pemerintah pusat dalam menangani KLB di Asmat. Karena, menurut dia, kasus campak dan gizi buruk telah menurun secara signifikan.
"Sangat signifikan dan sangat cepat turunnya. Kami apresiasi Presiden Jokowi dan Panglima TNI atas respons kerja yang sangat cepat menangani situasi KLB kita di Asmat," katanya.
"Terima kasih banyak Presiden Jokowi, Panglima TNI dan seluruh jajaran pemerintah atas respons dukungan bantuannya," imbuhnya.
Status KLB di Asmat memang sudah dianggap berakhir. Namun, berdasarkan pantauan Republika.co.id di Asmat, Kamis (8/1) pagi, para relawan dan instansi pemerintah masih terus mendistribusikan bantuan ke distrik-distrik terpencil, seperti relawan dari Kemenkes, TNI, maupun dari Kemensos.
Tidak hanya itu, berbagai macam lembaga filantropi Islam seperti Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), Dompet Dhuafa (DD), dan juga Aksi Cepat Tanggap (ACT) juga masih di Asmat untuk menyelenggrakan berbagai macam program kemanusiaan.
Setidaknya ada 23 distrik di Kabupaten Asmat. Tidak mudah untuk menjangkau distrik tersebut karena harus menaiki kapal dan jaraknya berjauhan. Distrik terjauh harus ditempuh kurang lebih delapan jam dari Distrik Agats, sehingga cukup menyulitkan para relawan.