REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas membagi resep pengembangan pariwisata di daerahnya yang kini berkembang pesat dengan program "Kampung Smart". Hal tersebut disampaikan Azwar Anas dalam bincang-bincang pers di Padang, Sumatera Barat.
"Dulu orang tidak mau singgah ke Banyuwangi dan menjadikan daerah kami hanya sebagai daerah persinggahan semata, namun secara perlahan-lahan hal itu dapat diubah," kata Anas di Padang, Rabu (7/2) malam.
Ia menjelaskan hal itu dalam dialog pers dengan tema "Upaya Percepatan Pembangunan Daerah Melalui Dana Desa" dalam rangkaian Hari Pers Nasional 2018.
Wisatawan menikmati suasana matahari terbit pertama kali tahun 2018 di Pantai Boom, Banyuwangi, Jawa Timur, Senin (1/1).
Menurut dia, hal pertama yang dilakukan adalah membuat seluruh desa di daerahnya menggunakan fiber optik sehingga terkoneksi dengan internet. Pariwisata yang terpusat dari desa dengan sistem elektronik mengubah wajah Banyuwangi menjadi lebih baik.
Menurut dia pengembangan wisata berbasis desa juga membuat Indeks Desa Membangun (IDM) Banyuwangi dari Kementerian Desa menjadi yang terbaik kedua di Jawa Timur.
Banyuwangi berhasil meningkatkan kategori "desa maju" menjadi 134 desa pada 2016 dari sebelumnya hanya 40 desa tahun 2010. Dan saat ini jumlah "desa tertinggal" hanya tinggal satu desa.
Dalam pengembangan pariwisata, Pemkab dikatakan Azwar Anas melibatkan masyarakat secara langsung berpartisipasi sehingga semua potensi warga dikerahkan. Ia mencontohkan misalnya cara membakar ikan yang baik, warung-warung dilatih secara profesional.
Selain itu warga dilatih membuka rumah singgah, penataan toilet, melipat seprai. Bahkan ada kursus bahasa asing gratis untuk sekitar 3.000 warga desa tiap tahunnya yaitu bahasa Inggris, Arab dan Mandarin.
"Kendala pasti ada namun yang jelas pengembangan pariwisata ini berakar di masyarakat," katanya.
Berkat pariwisata, ekonomi Kabupaten Banyuwangi mengalami kemajuan pesat seperti kunjungan turis domestik meningkat dari 497.000 orang pada 2010 menjadi 4,01 juta pada tahun 2016.
"Adapun wisatawan mancanegara dari 5.205 pada 2010 menjadi 74.800 turis asing pada 2016," kata dia.
Semua itu mendorong peningkatan pendapatan per kapita warga melonjak dua kali lipat dari Rp 20,8 juta pada 2010 menjadi Rp41,5 juta per orang per tahun 2016.
Kemiskinan turun cukup pesat di level delapan persen, jauh lebih rendah dibanding rata-rata Provinsi Jatim yang masih tembus di atas 11 persen.