REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Sejumlah benda bersejarah koleksi Monumen Palagan Ambarawa, di Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah kondisinya kian memprihatinkan. Benda-benda yang menjadi saksi sejarah perjuangan untuk menegakkan kedaulatan negara Indonesia ini penuh coretan tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab.
Seperti pada lokomotif uap dan kereta penumpang antik, truk pengangkut pasukan serta pesawat 'cocor merah' atau Mustang dan sejumlah koleksi benda bersejarah lainnya. Coretan tersebut tidak hanya dilakukan dengan menggunakan cat, namun juga menggunakan cairan pengoreksi yang jamak digunakan sebagai alat tulis dan perkantoran.
Seperti yang jamak terdapat pada dinding bagian dalam serta kursi kayu di dalam kereta antik. Diduga, coretan-coretan ini merupakan ulah yang tak bertanggungjawab sejumlah oknum pelajar.
“Pernah kami menyita cat semprot yang dibawa segerombolan pelajar yang nongkrong di depan monumen Palagan Ambarawa ini,” ungkap petugas penjaga monumen ini, Sudirin, Kamis (8/2).
Aksi corat- coret yang paling banyak, kata dia, ada pada bagian dalam kereta antik. Di dinding bagian luar kereta yang terbuat dari kayu memang ada coretan aslinya, seperti 'Hantjurkan Moesoeh Kita !'dan 'Merdeka Ataoe Mati !'.
Namun ulah tangan jahil ini kian merusak estetika dan nilai sejarah koleksi monumen ini. Terutama di bagian dinding sisi dalam kereta ini. “Tulisannya memang kecil- kecil, tapi merata,” ujarnya.
Menurut Sudirin, lokomotif uap buatan tahun 1902 dan kereta koleksi ini memiliki nilai sejarah. Pada masanya, kereta ini merupakan kereta untuk mengangkut pasukan Sekutu dan telah direbut oleh Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
Ia menyayangkan, tangan-tangan usil ini telah merusak nilai sejarah koleksi monumen tersebut dengan aksi corat-coret. Tidak hanya pada koleksi lokomotif dan kereta, namun juga pada benda- benda bersejarah lainnya.
Terkait dengan pengawasan, lanjut dia, kawasan monumen Palagan Ambarawa ini dibagi menjadi dua area. Area monumen serta area Museum Letkol Isdiman, yang berada di dalam kawasan monumen.
Khusus untuk area museum yang dikenakan biaya tiket masuk Rp 5.000 dan Rp 7.500 untuk hari libur relatif bisa terpantau. Namun tidak demikian untuk kawasan monumen.
“Sejumlah pelajar bahkan bisa melompat pagar dan masuk ke kawasan monumen dari sisi utara, yang jauh dari gerbang utama monumen dan mereka nongkrong di dalam,” katanya.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang, Dewi Pramuningsih yang dikonfirmasi mengaku belum menerima laporan atas adanya aksi corat- coret pada benda bersejarah koleksi Monumen Palagan Ambarawa ini. “Kami tidak tinggal diam, namun setidaknya laporan ini bakal menjadi catatan ekaligus evaluasi bagi upaya melesterikan benda- benda yang bernilai sejarah tersebut,” katanya.