REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON -- Presiden AS Donald Trump mengatakan Israel perlu membuat kompromi yang signifikan untuk mencapai perdamaian dengan Palestina. Ia menegaskan hal ini meski utusan AS untuk Timur Tengah telah dianggap melakukan diplomasi pro-Israel.
"Saya ingin menjelaskan, Yerusalem adalah ibu kota Israel. Mengenai perbatasan yang spesifik, saya akan memberikan dukungan kepada apa yang telah kedua belah pihak sepakati di antara mereka sendiri," kata Trump kepada surat kabar konservatif Israel, Hayom, yang terbit dalam bahasa Ibrani.
"Saya pikir kedua belah pihak harus membuat kompromi yang signifikan agar kesepakatan perdamaian dapat tercapai," tambah dia, tanpa menjelaskan lebih jauh.
Wawancara tersebut dilakukan bertepatan dengan timbulnya ketegangan baru antara orang-orang Palestina dan Duta Besar AS untuk Israel, David Friedman. Hal ini terjadi setelah insiden pembunuhan seorang pemukim Yahudi oleh seorang warga Palestina.
Melalui akun Twitter pribadinya, Friedman mengaku telah menyumbangkan sebuah ambulans ke komunitas pemukim Yahudi yang tewas tersebut. Namun ia juga mengatakan pemimpin Palestina telah mendukung aksi pembunuhan yang dilakukan warganya.
Cicitannya itu memicu teguran dari pemerintah Palestina. "Pernyataan Duta Besar Amerika membuat kita bertanya-tanya tentang hubungannya dengan pendudukan. Apakah dia mewakili Amerika atau mewakili Israel?" ujar Nabil Abu Rdainah, juru bicara Presiden Palestina Mahmoud Abbas.
"Pernyataan Friedman yang tidak bertujuan untuk mencapai perdamaian yang adil atas dasar legitimasi internasional inilah yang menyebabkan krisis dalam hubungan Amerika-Palestina," tambah dia.
Surat kabar liberal Israel, Haaretz, kemudian menerbitkan sebuah artikel yang mengkritik Friedman. Surat kabar itu menjulukinya dengan nama 'Gunung Kutukan', mengacu pada nama Ibraninya, yaitu Har Bracha, yang artinya "Gunung Berkat".
Friedman menyerang surat kabar itu dengan cicitan lainnya di Twitter. "Empat anak kecil duduk di shiva (ritual berkabung Yahudi) untuk mengenang ayah mereka yang terbunuh. Apakah mereka (Haaretz) tidak memiliki kesopanan?" tulis Friedman.
Penulis di surat kabar Haaretz, Amos Shocken, menanggapi serangan Friedman dengan sebuah kritik yang menggemakan keluhan warga Palestina. "Selama kebijakan Israel yang didukung oleh pemerintah (AS) dan diri Anda menghalangi proses perdamaian, akan ada lebih banyak lagi shiva," kata Shocken.