REPUBLIKA.CO.ID, SUMENEP -- Harga garam rakyat di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, turun dari Rp 2.700 menjadi Rp 2 ribu per kilogram. Kejatuhan harga garam rakyat ini terjadi seiring dengan kebijakan pemerintah untuk membuka keran impor garam industri.
"Tak hanya harganya yang turun. Sejak beberapa hari belakangan ini, tidak ada lagi pengusaha yang membeli garam rakyat," kata Ketua Aliansi Masyarakat Garam (AMG) Sumenep, Ubaidillah di Sumenep, Jumat (9/2).
Pada Jumat (9/2) sore, Ubaidillah bersama belasan petani garam rakyat di Sumenep mendatangi kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) setempat. Mereka berencana menemui pimpinan DPRD Sumenep untuk mengeluhkan adanya impor garam industri pada tahun ini.
Para petani garam rakyat tersebut ingin anggota DPRD Sumenep ikut menolak kebijakan Pemerintah yang mengimpor garam industri sebanyak 3,7 juta ton. Alasannya, kebijakan tersebut akan membuat garam rakyat yang diproduksi petani pada 2017 tidak akan terjual.
"Setiap ada impor garam, meskipun itu garam industri, pasti berdampak terhadap garam rakyat. Kalau pun terjual, harga garam rakyat pasti anjlok," kata Obed, sapaan Ubaidillah.
Ia menjelaskan, jumlah garam industri yang akan diimpor sebanyak 3,7 juta ton itu berlebihan. Kondisi tersebut yang membuat para petani garam rakyat menolak rencana impor garam industri pada tahun ini.
Petani garam rakyat di Sumenep juga mengkhawatirkan garam industri impor itu merembes atau beredar menjadi garam konsumsi. "Perembesan ini yang membuat garam rakyat yang dihasilkan oleh kami menjadi tidak laku, karena harga garam impor itu lebih murah," ujarnya.