REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Pemerintah Korea Selatan mengatakan pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un telah mengundang Presiden Moon Jae-in untuk melakukan pertemuan. Rencananya, pertemuan itu diadakan di Korut.
"Rencana pertemuan ini disampaikan oleh saudara perempuan Kim Jong-un, Kim Yo Jong saat ia makan siang bersama dengan Presiden Moon Jae-in di istana kepresidenan Korsel di Ibu Kota Seoul," ujar juru bicara Presiden Korsel, Kim Eui-kyeom pada Sabtu (10/2).
Korsel dan Korut secara teknis juga masih berperang setelah perang Korea berakhir dengan perjanjian gencatan senjata dan bukan berupa perdamaian pada 1950-1953. Setelah masa itu, Korut kerap melontarkan ancaman terhadap Korsel dan sekutu utama negara itu, Amerika Serikat (AS) dengan program nuklir mereka.
Selama masa kampanye, Moon Jae-in sering mengatakan bahwa bila ia terpilih menjadi Presiden Korsel, maka ia akan mencoba menjalin hubungan baik dengan Korut. Pria berusia 64 tahun itu tidak setuju dengan pendekatan garis keras yang dilakukan pemimpin Negeri Ginseng yang berasal dari kalangan konservatif selama satu dekade terakhir.
Kemudian, setelah resmi terpilih menjadi Presiden Korsel pada Mei lalu, ia juga berkali-kali kembali menekankan pentingnya mewujudkan perdamaian di Semenanjung Korea adalah dengan membuka dialog dan perundingan. Ia menilai bahwa langkah itu menjadi salah satu strategi yang lebih baik dibandingkan perang maupun tindakan keras lainnya.
Kali ini, Moon Jae-in disebut merespons tawaran dari Kim Yo Jong untuk melakukan pertemuan dengan Kim Jong-un secara baik. Namun, ia meminta dimulainya kembali dialog antara AS dan Korut secepatnya.