Sabtu 10 Feb 2018 21:57 WIB

Bachtiar: Umat Islam Harus Bersatu, Meski Berbeda

Umat Islam diimbau agar tak mudah dipecah belah oleh pihak manapun.

Rep: Mursalind Yasland/ Red: Teguh Firmansyah
Sekjen Majelis Ulama dan Intelektual Muda Islam Ustaz Bactiar Nasir mengisi tausiyah pada Temu Ulama dan Tokoh Islam Lampung di Bandar Lampung, Sabtu (10/2).
Foto: Mursalind Yaslan
Sekjen Majelis Ulama dan Intelektual Muda Islam Ustaz Bactiar Nasir mengisi tausiyah pada Temu Ulama dan Tokoh Islam Lampung di Bandar Lampung, Sabtu (10/2).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Momentum kebangkitan umat Islam di nusantara, hendaknya terus diperkuat dengan memupuk persatuan antarumat Muslim meskipun berbeda dalam pengamalan ibadah. Upaya tersebut perlu dilakukan agar umat Islam tidak lagi sebagai konsumen, namun menjadi produsen.

''Kita sepakat untuk tidak sepakat. Kita saling memahami untuk hal-hal yang kita berbeda. Cara berpikir sudah beragam, sementara teks-teks agama multitafsir pasti berbeda,'' kata Sekjen Majelis Ulama dan Intelektual Muda (MIUMI) Ustaz Bachtiar Nasir pada acara Temu Ulama dan Tokoh-tokoh Islam Lampung bertajuk Mengikis Perbedaan, Merajut Ukhuwah di Bandar Lampung, Sabtu (10/2).

Menurut dia, umat Islam jangan gampang dipecah belah oleh pihak manapun, karena sejarah umat Islam melalui organisasi massanya mewujudkan persatuan umat semua meskipun berbeda latar belakang. "Jadi kalau ada yang bilang hanya NU dan Muhammadiyah, jelas yang ngomong itu ahistoris," katanya.

Mengenai persatuan, ia menyebutkan perbedaan masing-masing latar belakang ilmunya membuat perbedaan karakter. Dari semua itu, ia menyatakan sesuatu hal yang tidak boleh berubah dan berbeda, yakni sesama Muslim itu bersaudara.

"Sekarang ini menjadi penting semua umat Islam, khususnya tokoh dan ulama, cara berpikir yang berbeda-beda dan multitafir. Ini tidak menjadi masalah buat kita kalau sesama umat mukmin itu bersaudara," tegasnya.

Ia mengatakan, umat Islam harus menjadi kuat dan bersatu secara ekonomi, yakni sudah tidak lagi sebagai konsumen, tetapi harus menjadi produsen.

 

Pada zaman Nabi Muhammad saw, ia menjelaskan bahwa Rasul menyokong potensi ekonomi di Madinah untuk menghadapi serangan ekonomi Romawi. Meski rakyat Madinah waktu itu secara teknologi belum mapan, namun Rasul saw menyokong membangkitkan potensi ekonomi Madinah yakni dengan memproduksi habbatussauda. "Herbal Madinah menjadi mendunia, dan harganya melambung," ujarnya.

Sekjen MIUMI Lampung Imam Asyrofi AC mengatakan, umat Muslim harus tetap bersatu meskipun latar belakang organisasi berbeda, dan warna benderanya juga berbeda. Namun, satu tujuan yakni memenangkan umat Islam. "Persatuan umat hendaknya tetap dibangun dan dijaga, meskipun organisasinya berbeda dan bendaranya berwarna-warni," katanya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement