REPUBLIKA.CO.ID, KOBA -- Sebagian warga di Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengaku kesulitan mendapatkan gas tiga kilogram dalam beberapa hari ini. Persediaan di agen penjualan kosong.
Aminah, seorang warga Bangka Tengah mengaku sudah keliling warung dan agen penjualan mencari gas melon itu, namun persediaannya kosong sehingga tidak bisa memasak.
"Biasanya persediaan gas melon ini tidak pernah mutus di warung, tetapi sekarang malah kosong dan sulit mendapatkannya saat gas habis di rumah," katanya.
Ia mengatakan, kesulitan mendapatkan gas melon itu selalu terjadi saat momentum tertentu di antaranya hari raya besar umat Islam dan umat Tionghoa.
"Saya tidak tahu juga penyebab kosongnya persediaan gas, tetapi ini memang selalu terjadi terutama saat momentum hari besar umat Islam dan Tionghoa yang merayakan Imlek," katanya.
Keluhan yang sama juga disampaikan Marni, warga yang lainnya mengaku kesulitan mendapatkan gas 3 kilogram dan bahkan ketika gas itu ditemukan di warung dirinya harus membeli dengan harga jauh di atas HET.
"Memang selalu begitu, kalau gas sulit mendapatkannya maka pedagang menaikkan harga di atas HET, bagi saya tidak jadi masalah sepanjang persediaan tidak kosong," katanya.
Tamimi, seorang tokoh pemuda di Koba mengatakan kelangkaan gas ini bukan asing lagi bagi warga dan mestinya pemangku kepentingan harus menyikapi dan melakukan antisipasi.
"Gas ini merupakan kebutuhan pokok warga, wajar mereka menjerit ketika barang tersebut sulit didapatkan dan para pemangku kepentingan harus bersikap," katanya.
Menurut dia, pihak DPRD, Hiswana Migas dan Pertamina mestinya duduk bersama untuk menyikapi hilangnya gas di pasaran karena mereka yang bertanggung jawab untuk mengatur, mengontrol serta mengawasi.
"Pertamina berkewajiban menyediakan stok, Hiswana Migas perannya mengawasi, demikian juga pihak DPRD. Sementara pemerintah daerah mengatur HET dan data kebutuhan riil masyarakat terhadap gas," katanya.